03.05.2013 Views

95 Tahun Langkah Perjuangan Muhammadiyah

95 Tahun Langkah Perjuangan Muhammadiyah

95 Tahun Langkah Perjuangan Muhammadiyah

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Keputusan Muktamar <strong>Muhammadiyah</strong> ke-42 (1990) 411<br />

diperintahkan agar uang digunakan untuk membeli makanan dan pakaian.<br />

Kemudian beliau menyampaikan pesan:<br />

“Orang miskin itu bukan orang yang mengitari jalan-jalan atau rumah-rumah untuk<br />

minta sedekah orang banyak, yang merasa cukup mendapatkan satu dua suap atau satu<br />

dua kurma; tetapi orang miskin itu adalah orang yang memperoleh kelapangan untuk<br />

memenuhi keperluan hidupnya, dan tidak diketahui keadaannya sehingga (tidak) ada<br />

yang memberi sedekah serta tidak meminta-minta kepada orang banyak.”<br />

BAB V<br />

TINJAUAN ILMU EKONOMI TERHADAP<br />

PENANGANAN KAUM DHU‘AFA<br />

Di dalam ekonometri jika hendak mengukur pendapatan perkapita maka kita<br />

akan berhadapan dengan dua jenis variabel yaitu tingkat pendapatan nasional dikurangi<br />

indeks pertumbuhan penduduk. Dengan demikian pertumbuhan penduduk mempunyai<br />

pengaruh terhadap fluktuasi pendapatan perkapita suatu negara. Dengan kata lain<br />

penekanan pertumbuhan penduduk adalah satu di antara sejumlah alternatif yang harus<br />

dilakukan untuk meningkatkan pendapatan perkapita.<br />

Berdasarkan sensus penduduk tahun 1980, angka pertumbuhan penduduk<br />

Indonesia pertahun sebesar 2,34%, dan sekarang nampaknya sudah dapat diturunkan<br />

menjadi 1,9% pertahun.<br />

Seandainya kita asumsikan pertumbuhan penduduk konstan 1,9% (karena<br />

mengharapkan lebih rendah dari itu kecil kemungkinannya, apalagi merealisasikan konsep<br />

Zero Population Growth yang disarankan dalam buku The Limit to Growth yang diterbitkan<br />

oleh Club Rome pada tahun 1972) maka pada tahun 2000 menurut proyeksi Prof. Soemitro<br />

penduduk Indonesia akan meningkat dari 81 juta menjadi 107 juta. Bisa kita bayangkan<br />

betapa pelik masalah penempatan kerja untuk generasi mendatang.<br />

Masalah-masalah yang menyangkut problema generasi yang akan datang adalah<br />

mahalnya pendidikan yang berkaitan dengan mutu sumber daya manusia yang sangat<br />

menentukan kemajuan umat, di samping itu sumber daya alam yang kita gali secara tidak<br />

bertanggungjawab dengan tidak memikirkan kelestariannya adalah masalah lain yang<br />

mungkin juga merupakan suatu variable yang sangat menentukan.<br />

Dengan kenyataan-kenyataan ini, dalam konteks sosial ekonomi bangsa Indonesia<br />

pada umumnya masih lemah, paling tidak terdapat 30 juta rakyat Indonesia yang berada<br />

di bawah garis kemiskinan, mereka masuk dalam kategori kaum dhu‘afa.<br />

Dalam strategi pembangunan kita mengenal dua konsep yang sangat popular<br />

yaitu top down planning dan buttom planning. Konsep yang pertama mendudukkan<br />

pemerintah (atau etika tertentu) yang merencanakan pembangunan, masyarakat yang<br />

kemudian melaksanakannya, sedangkan konsep yang kedua mendudukkan masyarakat<br />

sebagai subyek yang menyusun perencanaan karena mereka dianggap yang paling tahu<br />

apa kebutuhannya.<br />

Untuk pengentasan kaum dhu‘afa, mungkin kedua konsep tersebut terlalu sulit<br />

untuk dilaksanakan. Kesulitan itu terutama akan sangat menonjol pada saat kita<br />

diperhadapkan pada penyusunan kebutuhan-kebutuhan rieel dari mereka. Oleh karena<br />

itu kemudian disarankan agar lembaga-lembaga swadaya masyarakat seperti <strong>Muhammadiyah</strong><br />

menempatkan diri sebagai kelompok penengah yang harus berusaha semaksimal<br />

mungkin untuk memahami kebutuhan kaum dhu‘afa dan mengetahui serta mampu

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!