03.05.2013 Views

95 Tahun Langkah Perjuangan Muhammadiyah

95 Tahun Langkah Perjuangan Muhammadiyah

95 Tahun Langkah Perjuangan Muhammadiyah

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Keputusan Muktamar <strong>Muhammadiyah</strong> ke-42 (1990) 413<br />

Sekarang timbul pertanyaan bagi kita. Apakah cara-cara yang dipergunakan<br />

untuk menanggulangi kaum dhu‘afa selama ini sudah memuaskan? Dan apakah kita<br />

siap menghadapi tantangan masa depan yang masalahnya terlihat semakin kompleks?<br />

KEMISKINAN SEBAGAI MASALAH SOSIAL<br />

Kemiskinan adalah salah satu dari masalah social yang dapat dipandang sebagai<br />

sumber dari berbagai masalah sosial lainnya. Remaja putus sekolah, kenakalan remaja,<br />

pelacuran, gelandangan, kebodohan, kejahatan, dapat timbul dari kemiskinan. Oleh<br />

karena itu jika berbicara tentang kemiskinan sebagai masalah sosial meliputi analisis<br />

terhadap perilakunya, tepat terjadinya, dan juga lembaga-lembaga yang menanggulangi<br />

masalah tersebut.<br />

Siapakah golongan miskin itu? Banfield menjawab pertanyaan ini dengan<br />

membedakan 4 tingkatan kemiskinan.<br />

1. Seseorang yang tidak mempunyai penghasilan yang cukup untuk menjamin<br />

kelangsungan hidupfisiknya atau mencegah penderitaan karena kelaparan,<br />

kedinginan dan penyakit.<br />

2. Seseorang yang tidak mempunyai penghasilan yang cukup untuk memenuhi<br />

kesejahteraan pokok (essensial welfare) tidak termasuk comfort dan convenience.<br />

3. Seseorang yang tidak mempunyai penghasilan yang cukup untuk mencegah<br />

kegelisahan atau kesusahan yang akut dan berkepanjangan.<br />

4. Seseorang yang tidak mempunyai penghasilan untuk mengatasi perasaan miskin<br />

jika dibandingkan dengan orang lain.<br />

Taraf-taraf kemiskinan ini harus diterjemahkan ke dalam bentuk uang dengan<br />

memperhatikan:<br />

1. Harus mengenal lebih dahulu bahwa ketiga kategori kemiskinan yang pertama adalah<br />

ketidakmampuan untuk membeli barang dan jasa sesuai dengan standar hidup<br />

minimum.<br />

2. Harus dibuiat daftar dar standar minimum tersebut.<br />

3. Memberi harga pada standar minimum dalam daftar tersebut.<br />

Namun demikian, kemiskinan itu tidak hanya diukur dari kehutuhan jasmaniah<br />

semata. Aspek lain yang patut diperhitungkan ialah adanya perasaan miskin. Golongan<br />

ini akan makin banyak terdapat dengan meningkatnya kemakmuran. Bagi mereka yang<br />

tertinggal dalam menggapai kemakmuran itu, jangankan untuk memiliki saja dapat lebih<br />

mengganggu dan merusak jika dibandingkan dengan kekurangan makan.<br />

Sehubungan dengan ini ada baiknya kita perhatikan ada yang dikemukakan<br />

Herman Miller bahwa “Kehilangan harapan adalah essensi dari kemiskinan”. Dilihat<br />

dari segi ini Miller berpendapat bahwa kemiskinan yang sebenarnya dewasa ini adalah<br />

lebih besar jika dibandingkan dengan keadaan pada permulaan abad ini.<br />

SEBAB-SEBAB KEMISKINAN<br />

Kaum dhu‘afa termasuk ke dalam vulnerable group atau kelompok yang peka<br />

terhadap proses perubahan yang berlangsung di tengah masyarakat. Pembangunan pada<br />

hakekatnya adalah menciptakan perubahan secara sengaja dalam berbagai bidang. Kaum<br />

dhu‘afa yang tidak memiliki kekuasaan politik dan ekonomi banyak yang menderita<br />

akibat pembangunan sosial yang cepat. Mengapa harus terjadi hal yang seperti ini? Kita<br />

coba mengawalinya dengan mengemukakan sebab-sebab kemiskinan dari segi individual,<br />

kultural dan struktural.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!