03.05.2013 Views

95 Tahun Langkah Perjuangan Muhammadiyah

95 Tahun Langkah Perjuangan Muhammadiyah

95 Tahun Langkah Perjuangan Muhammadiyah

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

406<br />

Seabad <strong>Perjuangan</strong> <strong>Muhammadiyah</strong>: Himpunan Keputusan Muktamar<br />

Ad. c. Managemen<br />

Pimpinan <strong>Muhammadiyah</strong> perlu mengembangkan dan memperbanyak kursuskursus<br />

ketrampilan managemen bagi pengusaha kecil, dan menyebarluaskan<br />

kepada kaum dhu‘afa.<br />

Diperlukan upaya yng lebih efektif untuk memajukan pemasaran hasil-hasil<br />

produksi dan juga pemasaran yang dilaksanakan oleh kaum dhu‘afa.<br />

Ad. d. Teknologi<br />

Pimpinan <strong>Muhammadiyah</strong> perlu mengusahakan teknologi pertanian,<br />

pengembangan industri pedesaan dengan bekerja sama dengan balai-balai<br />

penelitian dan penyuluhan, baik pemerintah maupun swasta.<br />

BAB III<br />

PROFIL KEMISKINAN DAN<br />

DISTRIBUSI PENDAPATAN DI INDONESIA<br />

(Sumber: BPS, No. Publikasi 03310, 8906 tahun 1989)<br />

1. Trend Tingkat Kemiskinan 1976 – 1987<br />

Di daerah kota, besarnya pendaptan yang dibutuhkan untuk melepaskan diri<br />

dari ketegori miskin adalah Rp. 4.522,00 perkapita pada tahun 1976, sedang pada<br />

tahun 1987 adalah Rp.17.381,00. Ini berarti apabila suatu rumah tangga mempunyai<br />

3 orang anak, maka untuk mampu menghidupi rumah tangga tersebut dengan total<br />

anggota rumah tangga 5 orang harus mempunyai rata-rata pendapatan setiap bulan<br />

sekurang-kurangnya Rp.22.610,00 pada tahun 1976 dan sekitar Rp.86.905,00 pada<br />

tahun 1987.<br />

Di daerah pedesaan, pendapatan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan<br />

tersebut lebih rendah dibandingkan dengan daerah kota, yaitu sekitar Rp.2.849,00<br />

pada tahun 1976 dan Rp.10.294,00 pada tahun 1987, atau sekitar Rp.14.245,00 dan<br />

Rp.51.470,00 untuk setiap rumah tangga dengan anggota 5 anak pada periode tersebut<br />

di atas.<br />

Hal ini dapat difahami karena dinamika kehidupan yang berbeda antara<br />

keduanya. Penduduk di daerah kota mempunyai kebutuhan yang relatif sangat<br />

beragam dibandingkan dengan daerah pedesaan sehingga mempengaruhi pula pola<br />

pengeluaran. Batas garis kemiskinan antara daerah kota dan pedesaan pada kurun<br />

waktu 1976 – 1987 dapat dilihat pada tabel 1 di belakang.<br />

2. Perkembangan Jumlah dan Prosentase Penduduk Miskin<br />

Jumlah prosentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan, dewasa<br />

ini telah cukup jauh di bawah tingkt kemiskinan tahun 1976 (lihat table 3.2. di<br />

belakang). Kecenderungan ini terutama terjadi di daerah pedesaan. Pada tahun 1976<br />

terdapat sekitar 54,2 juta penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan atau<br />

40,08% dari seluruh penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan menurun<br />

dengan cepat, hingga pada tahun 1987 tinggal 30,00 juta atau 17,42% dari seluruh<br />

penduduk Indonesia.<br />

3. Trend Beberapa Indikator Kesejahteraan Rakyat<br />

a. Indikator persediaan kalori dan protein. Keadaan gizi merupakan indikator<br />

utama yang digunakan dalam menggambarkan taraf hidup penduduk. Keadaan<br />

gizi yang baik merupakan salah satu tujuan penting dalam upaya peningkatan<br />

mutu hidup penduduk (lihat tabel 4.1. di belakang).

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!