03.05.2013 Views

95 Tahun Langkah Perjuangan Muhammadiyah

95 Tahun Langkah Perjuangan Muhammadiyah

95 Tahun Langkah Perjuangan Muhammadiyah

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Keputusan Muktamar <strong>Muhammadiyah</strong> ke-42 (1990) 399<br />

<strong>Muhammadiyah</strong> “mendudukkan” ilmu dan teknologi dalam setting gerak keperjuangannya?<br />

Pengkajian akan dua hal tersebut perlu dilakukan mengingat beberapa kenyataan.<br />

Pertama, bahwa kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh penguasaan bangsa tersebut<br />

akan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penguasaan Iptek akan berpengaruh secara<br />

langsung dan tidak langsung terhadap corak dan perilaku masyarakat. Kedua, cirri<br />

masyarakat maju, termasuk masyarakat Indonesia di masa yang akan datang, akan<br />

diwarnai oleh sifat saintifik dan ketergantungan pada teknologi. Eksistensi suatu<br />

kelompok sosial pada masyarakat yang demikian akan ditentukan oleh seberapa jauh<br />

kepedulian dan penyerapan Iptek dalam langkah gerak kelompok tersebut. Ketiga, masih<br />

adanya kecenderungan pemahaman dikotomik dan distortif di kalangan umat (termasuk<br />

warga persyarikatan) tentang ilmu dan agama. Di sisi lain, angka statistik menunjukkan<br />

bahwa prosentase umat Islam yang terdidik jauh ketinggalan dari umat yang lain (missal<br />

angka relatif sarjana muslim hanya 1,8 permil dibanding umat nasrani yang 17 – 25<br />

permil). Keempat, Amal Usaha <strong>Muhammadiyah</strong> di bidang pendidikan sudah sedemikian<br />

luas, yang tidak lain merupakan potensi bagi sosialisasi wawasan keilmuan yang<br />

proporsional di atas.<br />

Penulis tidak berpretensi untuk menjawab dua pertanyaan di atas. Namun<br />

masalah pengembangan wawasan keilmuan ini perlu dikaji secara mendalam, mengingat<br />

empat alasan yang dikemukakan di atas. (Beberapa pandangan awal pernah penulis<br />

lontarkan pada forum Muktamar Tarjih di Malang tahun 1989 dan juga dalam buku “Islam<br />

dan Dakwah: Pergumulan antara Nilai dan Realitas”).<br />

Pengembangan wawasan gerak perjuangan. Sebagaimana dikemukakan pada<br />

dasar pemikiran keempat di atas, kiprah perjuangan <strong>Muhammadiyah</strong> berdimensi ganda,<br />

yaitu dimensi agama (keislaman) dan dimensi nasional (keindonesiaan). Secara terpilah,<br />

<strong>Muhammadiyah</strong> juga telah melakukan, baik pada dimensi agama maupun dimensi<br />

nasional. Hal yang masih perlu diupayakan ialah pemahaman tentang keterpaduan<br />

dua dimensi tersebut. Sebagai ilustrasi misalnya, kita masih kurang mengembangkan<br />

issue-isue yang bersifat nasional tapi sekaligus juga umatik.<br />

Rumusan Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup <strong>Muhammadiyah</strong> sebenarnya<br />

telah merumuskan kedua dimensi gerak tersebut. Namun demikian elaborasi lebih lanjut<br />

perlu dilakukan. Dalam rumusan MKCH tersebut dimensi keindonesiaan, yang tertuang<br />

dalam butir kelima, terkesan masih kurang rinci dan tidak terpadu dengan empat butir<br />

terdahulu.<br />

Apabila pengembangan wawasan gerak yang bersifat bidimensi tersebut telah<br />

terlaksana, maka penjabarannya perlu direfleksikan pada Khittah <strong>Perjuangan</strong><br />

<strong>Muhammadiyah</strong>, baik yang bersifat ke dalam, umatik, maupun nasional.<br />

Pengembangan wawasan yang menyangkut gerak perjuangan yang lain ialah<br />

dalam penjabaran <strong>Muhammadiyah</strong> sebagai gerakan dakwah. Walaupun upaya<br />

penyegaran wawasan dakwah sudah dilakukan sejak awal periode (1985), yang berupa<br />

pengembangan program Majelis Tabligh khususnya, serta telah ditetapkannya (strategi)<br />

dakwah <strong>Muhammadiyah</strong> (Tanwir 1987), namun upaya pengembangan wawasan dakwah<br />

ini belum sepenuhnya merata ke seluruh fungsionaris dakwah <strong>Muhammadiyah</strong>. Dari<br />

informasi yang terpantau di daerah-daerah serta forum Tanwir 1990, diketahui bahwa<br />

sosialisasi wawasan dakwah sebagaimana dirumuskan dalam Strategi Dakwah<br />

<strong>Muhammadiyah</strong> belum selancar yang diharapkan, terutama pada Ortom.<br />

Pengembangan wawasan organisasi. Sebagaimana disebutkan daam Muqaddimah<br />

Anggaran Dasar, <strong>Muhammadiyah</strong> sebagai organisasi adalah alat perjuangan. Pemahaman

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!