03.05.2013 Views

95 Tahun Langkah Perjuangan Muhammadiyah

95 Tahun Langkah Perjuangan Muhammadiyah

95 Tahun Langkah Perjuangan Muhammadiyah

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Keputusan Muktamar <strong>Muhammadiyah</strong> ke-42 (1990) 397<br />

informasi, maka masuknya masyarakat Indonesia dalam era informasi merupakan hal<br />

yang tak terelakkan. Ada beberapa hal, berkenaan dengan masyarakat informasi ini,<br />

yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan dakwah islamiyah. Pertama, makin<br />

sentralnya kedudukan “komoditas” atau “modal” ekonomi, politik, maupun sosial. Mereka<br />

yang menguasai informasi berarti kelompok yang “menguasai” kehidupan. Hal yang<br />

demikian juga menyangkut bidang dakwah. Konsekuensi yang perlu kita fikirkan ialah<br />

makin pentingnya kedudukan”dialog informasi” sebagai salah satu bentuk dakwah<br />

persyarikatan. Kedua, masuknya Indonesia dalam era informasi berarti makin mudahnya<br />

berbagai tata-nilai dan budaya asing memasuki masyarakat kita. Kecenderungan yang<br />

ada ialah makin berkembangnya tata-nilai materialistic, hedonestik, rasionalistik,<br />

sekularistik, dan sebagainya, yang pada hakekatnya merupakan permasalahan dakwah<br />

yang harus dihadapi.<br />

Keempat, kehidupan yang makin sistemik dan terbuka. Salah satu ciri masyarakat<br />

moderen ialah masyarakat yang sepenuhnya berjalan dan diatur oleh sistem. Dinamika<br />

kehidupan sosial kita diatur oleh sistem, bukan diatur oleh orang. Selanjutnya, sistem<br />

yang mengatur tersebut, tidak hanya bersifat lokal, nasional, atau regional, akan tetapi<br />

juga bersifat global. Dalam masyarakat yang demikian, maka masyarakat Indonesia<br />

menjadi suatu masyarakat yang “terbuka” terhadap pengaruh luar dari mana pun. Di<br />

masa mendatang berbagai kekuatan asing (baik kekuatan sosial, politik, ekonomi, teknologi,<br />

maupun budaya) akan makin ikut menentukan bagaimana dinamika masyarakat kita<br />

berlangsung.<br />

Kelima, individualisasi kehidupan beragama. Dalam konsep modernisasi tersebut<br />

memang agama tidak lagi menduduki peran yang layak, atau bahkan tersisih. Kalaupun<br />

agama dilakukan, semata-mata masalah individu belaka. Agama tidak lagi dipandang<br />

sebagai pedoman yang mampu mengatur kehidupan bermasyarakat. Pada peringkat<br />

individu pun, agama dipandang hanya menyangkut masalah ruhaniah (transsendental)<br />

saja, sedang terhadap kehidupan sehari-hari agama tidak mempunyai kompetensi untuk<br />

mengatur.<br />

Pertanyaan yang timbul ialah, model dakwah seperti apa yang tepat untuk<br />

masyarakat Indonesia yang makin moderen dengan berbagai cirinya tersebut?<br />

TIGA KEBIJAKAN UTAMA<br />

Dari gambaran tentang masyarakat Indonesia mendatang di atas, maka dapat<br />

diajukan tiga kebijakan (strategi) utama <strong>Muhammadiyah</strong> sebagai gerakan dakwah. Disebut<br />

strategi utama karena tulisan ini hanya menyodorkan secara garis besar langkah-langkah<br />

kebijakan <strong>Muhammadiyah</strong> sebagai gerakan dakwah, sementara rangkaian langkah secara<br />

lebih rinci dapat dikembangkan lebih lanjut pasca muktamar nanti. Tiga kebijakan yang<br />

dimaksud meliputi: (1) kebijakan yang diperuntukkan bagi semua fungsionaris<br />

persyarikatan (unsure pimpinan persyarikatan /majelis/ortom/amal usaha, muballigh),<br />

(2) kebijakan yang diperuntukkan bagi warga persyarikatan pada umumnya, dan (3)<br />

kebijakan khusus yang berkaitan dengan pengembangan model dakwah yang dapat<br />

mengantisipasi problematika masyarakat di atas. Kebijakan pertama lebih menyentuh<br />

aspek wawasan (Pengembangan wawasan), kebijakan kedua menyentuh aspek<br />

kesadaran (Pengembangan kesadaran), dan yang ketiga berupa Pengembangan Model<br />

Dakwah.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!