Islam dan Kebebasan
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Muhammad memburuk. Nampaknya, pemaksaan sudut<br />
pan<strong>dan</strong>g [yang terjadi] ... dengan akademisi muslim yang<br />
semakin berpendirian keras mengenai tafsiran mereka atas<br />
<strong>Islam</strong> menyebabkan wilayah muslim semakin intoleran, puritan,<br />
<strong>dan</strong> ekslusivis ... meskipun umat muslim wajib mengikuti<br />
contoh Nabi ... Pengajaran <strong>dan</strong> perbuatan utusan Allah yang<br />
mereka suarakan’.<br />
Toleransi <strong>dan</strong> keadaan masyarakat Muslim saat ini<br />
Toleransi masyarakat muslim saat ini berada di titik terendah.<br />
Meskipun orang luar terus melihat hal ini sebagai masalah<br />
kebebasan beragama <strong>dan</strong> kemurta<strong>dan</strong>, masalah intoleransi<br />
ternyata lebih luas <strong>dan</strong> kompleks, <strong>dan</strong> lebih dari sekadar<br />
masalah agama.<br />
Tiga faktor yang banyak menjelaskan sikap masyarakat<br />
muslim. Pertama, terjadi kekosongan intelektual <strong>dan</strong><br />
kegagalan modernis muslim dalam menjelaskan masalah<br />
kepada masyarakat bebas. Iqbal mengidentifikasi tiga hal<br />
yang dibutuhkan umat manusia: tafsiran spiritual alam<br />
semesta; emansipasi spiritual individu, <strong>dan</strong> prinsip dasar<br />
yang mengarahkan evolusi masyarakat manusia atas dasar<br />
spiritual. Setelah Perang Dunia II, muncul bayangan bahwa<br />
kemerdekaan negara-negara muslim akan memunculkan<br />
kebangkitan intelektual <strong>Islam</strong>, yang akan menggiring umat<br />
manusia memasuki prospek <strong>dan</strong> petualangan baru.<br />
Hal ini tidak terjadi <strong>dan</strong> ada dominasi oleh kekuatan teokratis<br />
yang merosot. Kegagalan intelektual muslim mungkin menjadi<br />
penjelas terpenting atas keadaan muslim saat ini. Reformis<br />
muslim tidak pernah menikmati dukungan politik <strong>dan</strong>,<br />
meskipun pan<strong>dan</strong>gan mereka mendapat penerimaan sosial<br />
yang luas, sebagian besar mereka dipojokkan. Namun, reformis<br />
sendiri harus berbagi kesalahan karena tidak cukup berani<br />
memperjuangkan ide-ide mereka. Sardar (2011: 1) mencatat:<br />
Sama sekali bukan menjadi kekuatan yang membebaskan,<br />
sosial kinetik, dinamika budaya <strong>dan</strong> intelektual demi<br />
kesetaraan, keadilan, <strong>dan</strong> nilai-nilai kemanusiaan,<br />
97