Islam dan Kebebasan
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
penggunaan kekerasan demi mencapai tujuan ini, se<strong>dan</strong>gkan<br />
faksi jihadis memilih menggunakan kekuatan <strong>dan</strong> kekerasan<br />
untuk menegakkan Khilafah dengan menerapkan hukum<br />
Syariah secara ketat. Di sisi lain, kaum reformis berpendapat<br />
bahwa sebuah peraturan terikat oleh tempat <strong>dan</strong> waktunya,<br />
sehingga peraturan yang bersifat tetap <strong>dan</strong> abadi dianggap<br />
tidak memungkinkan. Mereka juga berpendapat bahwa hukum<br />
Syariah yang kita ketahui sekarang tidak berasal dari Tuhan,<br />
tetapi hanyalah pemahaman terhadap sumber-sumber <strong>Islam</strong>i<br />
dari para ahli fikih terdahulu dengan mempertimbangkan<br />
kondisi sejarah tentang waktu <strong>dan</strong> tempat yang spesifik. Walau<br />
sebagian besar kalangan reformis berpendapat bahwa hukum<br />
tidak bersifat permanen, mereka menegaskan bahwa nilai<br />
<strong>dan</strong> norma moral dapat menghasilkan pemahaman tentang<br />
hukum Syariah dari sudut pan<strong>dan</strong>g moralitas, bukan dari sudut<br />
pan<strong>dan</strong>g hukum. 1<br />
Agar lebih jelas, perlu disebutkan pula bahwa gerakan reformis<br />
di dalam dunia <strong>Islam</strong> tidak dapat dipan<strong>dan</strong>g sebagai kelompok<br />
monolitik serta bahwa beberapa kelompok reformis memiliki<br />
sudut pan<strong>dan</strong>g <strong>dan</strong> pemahaman yang berbeda dalam aktivitas<br />
mereka. Terlebih lagi, gerakan reformasi tersebut bukanlah hal<br />
baru dalam <strong>Islam</strong>. Ibnu Rusyd, seorang filsuf <strong>dan</strong> ahli hukum<br />
asal Andalusia pada abad ke-12, adalah salah satu tokoh<br />
<strong>Islam</strong> pertama yang ingin mereformasi pemahaman agama<br />
yang dominan pada masa itu. Maka tidaklah mengherankan<br />
jika Ibnu Rusyd, yang disebut sebagai “Sang Komentator”<br />
oleh Saint Thomas Aquinas atas pendapatnya yang lengkap<br />
terhadap karya-karya Aristoteles, menjadi tokoh sentral dalam<br />
memahami perang intelektual antara kaum reformis <strong>dan</strong> kaum<br />
konservatif di dunia <strong>Islam</strong>. Ibnu Rusyd memilih sudut pan<strong>dan</strong>g<br />
rasional <strong>dan</strong> filosofis, berbeda dari sudut pan<strong>dan</strong>g yang jamak<br />
dianut pada masanya. Menurut Ibnu Rusyd, kebenaran harus<br />
dinilai menggunakan metode analisis rasional. Di samping<br />
1 Perbedaan lain antar kaum Muslimin, yang banyak diterapkan namun tidak banyak<br />
diketahui di dunia Barat, adalah pembagian antara Sunni <strong>dan</strong> Syiah. Keduanya memang<br />
tidak berkaitan langsung dengan pembahasan kita ini, namun karena seringnya<br />
pembahasan yang memunculkannya, maka perbedaan ini akan dibahas pada Kotak 1.<br />
2