Islam dan Kebebasan
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Umumnya disebut perbankan <strong>dan</strong> keuangan ‘bebas bunga’,<br />
keuangan <strong>Islam</strong> seharusnya lebih dari sekadar larangan<br />
terhadap a<strong>dan</strong>ya bunga. Para pendukungnya melihatnya<br />
sebagai solusi keajaiban untuk masalah hari ini. Beberapa<br />
tokoh keuangan <strong>Islam</strong> berpendapat bahwa tidak perlu<br />
mencapnya sebagai ‘<strong>Islam</strong>i’ karena ini adalah bentuk keuangan<br />
yang pertama <strong>dan</strong> terutama bertanggung jawab secara sosial.<br />
Ini adalah bentuk keuangan yang menekankan pendekatan<br />
partisipatif yang ditujukan pada pelaku bisnis <strong>dan</strong> pengusaha<br />
<strong>dan</strong> yang berinvestasi dalam ekonomi riil.<br />
Selain pan<strong>dan</strong>gan antusias ini, keuangan <strong>Islam</strong> menghadapi<br />
kritik keras. Cercaan tersebut diarahkan pada praktik bank<br />
<strong>dan</strong> lembaga keuangan <strong>Islam</strong> terkini. Secara teori, mereka<br />
seharusnya mengikuti model intermediasi keuangan yang<br />
berbeda, berdasarkan kemitraan, namun, dalam praktiknya, ini<br />
tidak terjadi: kebanyakan mengandalkan instrumen hutang.<br />
Ada perdebatan yang terus berlanjut tentang bentuk <strong>dan</strong><br />
substansi keuangan <strong>Islam</strong>. Dalam bentuknya, keuangan <strong>Islam</strong><br />
nampaknya berbeda dengan keuangan konvensional, namun<br />
secara substansi, ada banyak kesamaan. Mahmoud El-Gamal,<br />
salah satu kritikus paling terkenal tentang praktik keuangan<br />
<strong>Islam</strong> yang sebenarnya, menulis bahwa dengan ‘berupaya<br />
untuk meniru substansi praktik keuangan kontemporer dengan<br />
menggunakan bentuk kontrak pra-modern, keuangan <strong>Islam</strong><br />
telah terbukti gagal memenuhi tujuan Hukum <strong>Islam</strong> [bertujuan<br />
untuk mencapai keadilan <strong>dan</strong> kesetaraan di bi<strong>dan</strong>g ekonomi]’<br />
(El-Gamal, 2006: xii). Dia berpendapat bahwa ‘<strong>Islam</strong>’ dalam<br />
‘keuangan <strong>Islam</strong>’ harus berhubungan dengan tujuan keuangan<br />
sosial <strong>dan</strong> ekonomi dari transaksi keuangan, bukan mekanika<br />
kontrak yang dengannya tujuan keuangannya tercapai.<br />
Sementara mengakui kritik tersebut, pembela keuangan <strong>Islam</strong><br />
membenarkan praktik-praktik saat ini dengan mengacu pada<br />
‘persaingan tidak sehat’ dengan bank-bank konvensional yang<br />
sudah lama terbentuk <strong>dan</strong> kerangka hukum <strong>dan</strong> fiskal yang<br />
tidak sesuai dengan kebutuhan. Solusi yang ditekankan adalah<br />
kebutuhan untuk ‘meng-<strong>Islam</strong>isasi’ ekonomi di mana lembaga<br />
186