Islam dan Kebebasan
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
perpajakan wajib. Ibnu Khaldun (1996) mengantisipasi hasil<br />
kurva Laffer, ketika dia mengatakan bahwa pajak rendahlah<br />
yang menghasilkan pendapatan terbesar. Dengan nada yang<br />
sama, bagi Ibnu Abi Al-Rabi, seorang ilmuwan Muslim abad<br />
kesembilan, perkembangan ekonomi mengharuskan orang<br />
menepati janji <strong>dan</strong> tidak menimbulkan hutang. Jadi, baginya,<br />
negara harus selalu memiliki anggaran berimbang. Pan<strong>dan</strong>gan<br />
ini benar, karena peminjaman pemerintah menyebabkan<br />
penyalahgunaan kekuasaan dengan membiarkan negara<br />
memperluas pengirimannya <strong>dan</strong> merongrong kebebasan<br />
individu. Ini juga merusak masyarakat sipil <strong>dan</strong> melahirkan<br />
korupsi.<br />
Kebijakan moneter yang diarahkan oleh negara merupakan<br />
hambatan besar bagi pilihan bebas karena pemerintah dapat<br />
mengendalikan ekonomi melalui kebijakan moneter, yang<br />
tidak memungkinkan jika emas digunakan sebagai uang<br />
dalam sistem yang pada dasarnya bersifat pribadi. Berbeda<br />
dengan kebijakan moneter konvensional, sistem ekonomi<br />
<strong>Islam</strong> tradisional yang berbasis pada emas tidak merasakan<br />
kejahatan seigniorage (keuntungan bunga bagi bank dari<br />
pencetakan uang).<br />
Secara keseluruhan, tradisi <strong>dan</strong> ajaran <strong>Islam</strong> tidak bertentangan<br />
dengan ekonomi berorientasi pasar yang terinspirasi oleh<br />
pilihan bebas <strong>dan</strong> motif keuntungan.<br />
Peraturan hukum <strong>dan</strong> kontrak<br />
Pasar bebas membutuhkan perlindungan hak kepemilikan<br />
<strong>dan</strong> peraturan hukum untuk beroperasi. Hak kepemilikan<br />
yang terdefinisi dengan baik, termasuk prosedur untuk<br />
pengakuan, keterasingan <strong>dan</strong> warisan, adalah elemen dasar<br />
untuk pembentukan ekonomi pasar. Kepemilikan pribadi<br />
tidak begitu dikenal dalam <strong>Islam</strong>, itu suci. Al-Qur’an menyebut<br />
kepemilikan (harta benda) sebanyak 86 kali, misalnya: ‘Dan<br />
janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang<br />
lain di antara kamu dengan jalan yang bathil <strong>dan</strong> (janganlah)<br />
kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu<br />
171