08.12.2018 Views

Islam dan Kebebasan

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pendekatan ini memiliki dampak yang berlangsung lama pada<br />

kebijakan <strong>dan</strong> praktik pembangunan.<br />

Pendekatan perempuan dalam pembangunan dilahirkan<br />

dalam situasi ketika perempuan diindikasikan sebagai pembuat<br />

kebijakan dalam peran mereka sebagai ibu <strong>dan</strong> istri. Kebijakan<br />

terkait masalah perempuan dibatasi pada kesejahteraan<br />

sosial: ‘pendekatan kesejahteraan’ (ibid.: 3). Sebagai reaksi atas<br />

iklim kebijakan umum ini, perempuan dalam pembangunan<br />

dibentuk dengan bertumpu pada ide feminis liberal bahwa<br />

‘kemalangan perempuan berakar dari harapan tradisional<br />

yang sudah menjadi stereotip yang dipegang oleh laki-laki <strong>dan</strong><br />

diresapi oleh perempuan, <strong>dan</strong> digalakkan melalui berbagai<br />

lembaga sosialisasi’ (ibid.: 3). Perempuan dalam pembangunan<br />

bertujuan merobohkan stereotip ini dengan menggalakkan<br />

peran ‘baru’ perempuan terutama melalui pelatihan <strong>dan</strong><br />

pemberdayaan ekonomi.<br />

Tantangan tentu lebih besar dalam lingkup patriarkat seperti<br />

di dunia Arab, ketika banyak sekali proyek <strong>dan</strong> kebijakan yang<br />

bertujuan untuk pemberdayaan ekonomi perempuan berubah<br />

menjadi proyek kesejahteraan. Norma sosial-budaya yang<br />

berlaku di kawasan ini, struktur sosial <strong>dan</strong> hubungan kekuatan<br />

menghalangi kebebasan ekonomi perempuan <strong>dan</strong> peluangpeluang<br />

yang dapat mereka masuki. Meskipun proyek untuk<br />

perempuan di Afrika sub-Sahara dalam mendorong peran<br />

ekonomi mereka di bi<strong>dan</strong>g pertanian menghasilkan dampak<br />

positif pada pemberdayaan nyata, mengingat di kawasan<br />

ini perempuan adalah pihak yang bertanggung jawab<br />

menyiapkan makanan untuk keluarga, proyek seperti ini tidak<br />

berhasil di Timur Tengah Afrika Utara (TTAU/MENA) karena lakilaki<br />

diindikasikan sebagai pencari nafkah di belahan bumi ini<br />

(ibid.: 10).<br />

Hingga akhir 1970-an, pendukung <strong>dan</strong> praktisi perempuan<br />

dalam pembangunan mulai mempertanyakan model yang<br />

berlaku pada saat itu (ibid.: 12). Membicarakan masalah<br />

perempuan tanpa melibatkan situasi budaya belum menjadi<br />

strategi yang efisien. Meskipun penelitian perempuan dalam<br />

109

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!