08.12.2018 Views

Islam dan Kebebasan

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

anah publik–meningkatkan kemungkinan kekerasan dalam<br />

rumah tangga, dengan kekuatan lebih unggul di tangan laki-laki<br />

<strong>dan</strong> kekerasan dalam rumah tangga dianggap sebagai masalah<br />

pribadi. Mengaitkan status perempuan dengan lingkungan<br />

pribadi melemahkan kedudukan mereka di dalam masyarakat<br />

secara umum, yang membatasi kemerdekaan individu mereka<br />

seperti kebebasan bergerak, kebebasan berekspresi, <strong>dan</strong><br />

membuat keputusan. Sebagaimana disebutkan sebelumnya,<br />

dikotomi ruang pribadi versus publik menopang patriarkat<br />

Arab <strong>dan</strong> sangat penting dalam memahami ketidakseimbangan<br />

kekuatan <strong>dan</strong> ketidaksetaraan gender yang telah membentuk,<br />

selama berabad-abad, kedudukan perempuan di dunia Arab<br />

(Adnane, 2013).<br />

Bank Dunia (2011) menyoroti bagaimana akses yang lebih<br />

besar ke sumber daya ekonomi meningkatkan otonomi<br />

perempuan dengan menaikkan kekuatan tawar-menawar <strong>dan</strong><br />

memungkinkan mereka mengumpulkan aset pribadi (fisik,<br />

pribadi, <strong>dan</strong> finansial). Tak diragukan lagi, kendali perempuan<br />

lebih besar dalam rumah tangga yang lebih kaya di seluruh<br />

dunia. Tidak hanya kawasan TTAU masuk dalam aturan umum<br />

ini, tetapi sebenarnya juga menunjukkan peningkatan yang<br />

lebih tinggi pada porsi perempuan yang memiliki kendali atas<br />

pembuatan keputusan apabila rumah tangga menjadi lebih<br />

kaya (Bank Dunia, 2011: 154).<br />

Hambatan kebebasan ekonomi untuk perempuan di kawasan<br />

TTAU tampaknya lebih besar daripada di belahan bumi lainnya.<br />

Hambatan informal (sosial-budaya) tidak hanya secara langsung<br />

mengintervensi dalam membatasi kehadiran perempuan di<br />

ranah publik, tetapi juga mempersulit perempuan mengatasi<br />

hambatan formal dalam partisipasi ekonomi.<br />

Di banyak negara miskin <strong>dan</strong> berpenghasilan menengah,<br />

perempuan besar kemungkinan terintimidasi karena ada<br />

banyak sekali persyaratan, prosedur administratif, <strong>dan</strong> waktu<br />

yang dibutuhkan untuk memulai bisnis, <strong>dan</strong> banyak di antara<br />

mereka terhalang mewujudkannya. Misalnya, ‘75% perempuan<br />

di dunia tidak bisa mendapatkan pinjaman bank karena<br />

116

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!