Islam dan Kebebasan
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
seburuk-buruk tempat kembali!’ Jelas ini merupakan rujukan<br />
bagi mereka yang meninggalkan jemaah <strong>Islam</strong> pada masa<br />
hidup Nabi; <strong>dan</strong> jelas merupakan rujukan bahwa Tuhan adalah<br />
hakim di akhirat. Ayat berikut membahas <strong>dan</strong> berbicara lebih<br />
lanjut tentang mereka yang murtad lebih dari satu kali. Hal ini<br />
juga menyiratkan bahwa ada orang seperti itu yang hidup di<br />
antara muslim <strong>dan</strong> bergabung kembali dengan jemaah <strong>Islam</strong><br />
sebelum murtad sekali lagi: ‘Sesungguhnya orang-orang yang<br />
beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kemudian<br />
kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-kali<br />
Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka, <strong>dan</strong> tidak<br />
(pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus’ (4:137).<br />
Hukuman Tuhan kepada orang ini sangat jelas, bahwa, sebagai<br />
akibat dari kemurta<strong>dan</strong> berulang, Dia tidak akan mengampuni<br />
mereka. Tuhan tidak mengizinkan siapa pun menindak hal ini<br />
dengan tangan mereka sendiri. Di 16:106-7, Al Quran sekali lagi<br />
berbicara tentang orang yang murtad <strong>dan</strong> menegaskan bahwa<br />
dia akan mendapat hukuman di akhirat.<br />
Shafaat (2006) berargumen bahwa, seandainya Al Quran sama<br />
sekali tidak menyebutkan kemurta<strong>dan</strong>, mungkin kita akan<br />
berargumen bahwa dulu tidak ada peristiwa yang menyebabkan<br />
turunnya wahyu Al Quran mengenai hal ini, <strong>dan</strong> oleh sebab<br />
itulah turun wahyu kepada Nabi Agung yang membahas ini.<br />
Shafaat mengamati bahwa hampir semua ayat yang menyebut<br />
kemurta<strong>dan</strong> ditemukan pada periode Madinah, ketika negara<br />
<strong>Islam</strong> telah berdiri <strong>dan</strong> sanksi kejahatan dapat ditetapkan <strong>dan</strong><br />
diterapkan. Dia menyimpulkan bahwa ketiadaan sanksi hukum<br />
atas kemurta<strong>dan</strong> dalam Al Quran berarti bahwa Tuhan tidak<br />
pernah bermaksud menjadikan sanksi tersebut bagian dari<br />
syariah <strong>Islam</strong>.<br />
Jika kita tengok ke masa Nabi, kita tidak melihat a<strong>dan</strong>ya bukti<br />
konkret bahwa Nabi menetapkan hukuman mati bagi mereka<br />
yang keluar dari <strong>Islam</strong>. Nabi, misalnya, menyusun Perjanjian<br />
Hudaibiyyah dengan pihak penentang Mekah. Salah satu isi<br />
perjanjian itu adalah bahwa jika seorang muslim menolak<br />
100