Islam dan Kebebasan
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Salafi atau fundamentalis <strong>Islam</strong>. Pendekatan serupa yang lebih<br />
lunak menyarankan umat <strong>Islam</strong> untuk memanfaatkan ilmu<br />
pengetahuan <strong>dan</strong> teknologi buatan Barat tapi, di saat yang<br />
sama, menjauhkan diri dari budaya <strong>dan</strong> moralitas bangsa Barat<br />
atau setidaknya kekurangan dari budaya Barat tersebut.<br />
Jika kita tinggalkan sejenak penjelasan tersebut, kita dapat<br />
menemukan beberapa alasan sosiologis <strong>dan</strong> historis mengapa<br />
dunia <strong>Islam</strong> tertinggal dari bangsa Barat. Pertama, karena<br />
penjajahan bangsa Mongol di wilayah kaum Muslimin serta<br />
kehancuran struktur pemerintahan, pendidikan, iptek, <strong>dan</strong><br />
budaya (Roskin <strong>dan</strong> Coyle, 2008: 35). Selain itu, bangsa Mongol<br />
juga menyebabkan hilangnya kepercayaan diri pada umat <strong>Islam</strong>.<br />
Kemudian ditemukanlah jalur transportasi baru yang melintasi<br />
daerah umat <strong>Islam</strong> untuk menjangkau wilayah Barat <strong>dan</strong> Timur<br />
Jauh. Penemuan ini semakin berdampak negatif terhadap<br />
aktivitas <strong>dan</strong> budaya komersial, sehingga menyebabkan<br />
kemunduran dunia <strong>Islam</strong> secara absolut maupun relatif.<br />
Walaupun demikian, dari sudut pan<strong>dan</strong>g liberal klasik, faktor<br />
lain yang tak kalah penting adalah ketidakmampuan kalangan<br />
intelektual di dunia <strong>Islam</strong> untuk mengembangkan pemikiran<br />
yang menjadi fondasi masyarakat yang bebas <strong>dan</strong> makmur.<br />
Agar lebih jelas lagi, tidak ada tokoh-tokoh <strong>Islam</strong> yang setara<br />
dengan Adam Smith, John Locke, JS Mill, <strong>dan</strong> FA Hayek di<br />
negeri-negeri <strong>Islam</strong>. Kita banyak menemukan penulis literatur<br />
yang sangat mumpuni <strong>dan</strong> menonjol di dunia <strong>Islam</strong>, namun<br />
tidak ada pemikir yang mampu menghasilkan, atau setidaknya<br />
berusaha menghasilkan, teori politik <strong>dan</strong> ekonomi. Beberapa<br />
penulis tersebut antara lain Ibnu Khaldun (1322-1406),<br />
Khayrettin Pasha (1822-1890), Namik Kemal asal Ottoman (1840-<br />
1888), <strong>dan</strong> teologis asal Mesir, Ali Abd al Raziq (1888-1966).<br />
Mereka semua mengemukakan ide-ide dasar yang mengarah<br />
pada teori politik <strong>dan</strong> ekonomi lengkap. 5 Namun sayangnya,<br />
tidak ada satu pun di antara mereka yang mengembangkan<br />
teori lengkap apa pun yang bisa dibandingkan dengan teori-<br />
5 Ali Abd Al Raziq (1998) menolak penentangan yang menyatakan bahwa kepemimpinan<br />
agama <strong>dan</strong> politik dapat dilakukan oleh satu orang karena telah terbukti oleh<br />
pengalaman Nabi Muhammad (lihat pula Fialali-Ansary, 2002: 245).<br />
21