Islam dan Kebebasan
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
interpretasi sumber-sumber <strong>Islam</strong>i (Masmoudi, 2002). Terdapat<br />
semacam pemahaman bersama di antara cendekiawan Muslim<br />
<strong>dan</strong> non-Muslim bahwa pintu ijtihad seperti itu sudah tertutup<br />
sejak ratusan tahun lalu <strong>dan</strong>, karena itulah, umat <strong>Islam</strong> tidak<br />
dapat mengembangkan ide baru atau melakukan interpretasi<br />
terhadap prinsip dasar <strong>Islam</strong> agar dapat menyesuaikan diri<br />
dengan kondisi baru.<br />
Jawaban ini tidak sepenuhnya benar. Kami berpendapat<br />
bahwa kegagalan dalam mengembangkan ide-ide baru bukan<br />
berarti gagal menginterpretasikan prinsip-prinsip <strong>Islam</strong> yang<br />
tercantum di dalam Al Qur’an <strong>dan</strong> referensi <strong>Islam</strong> lainnya. Selain<br />
itu, kami tidak tahu pasti apakah pembukaan kembali pintu<br />
ijtihad dapat <strong>dan</strong> akan memecahkan masalah ini. Masalah yang<br />
jauh lebih besar dalam pemikiran politik, sosial, <strong>dan</strong> ekonomi<br />
<strong>Islam</strong> disebabkan oleh sesuatu yang lebih krusial daripada<br />
sekedar terhentinya proses ijtihad, yaitu pemikiran umat <strong>Islam</strong><br />
sendiri. Pola pikir umat <strong>Islam</strong> berubah dari pemikiran terbuka<br />
menjadi tertutup yang benar-benar menolak pemikiran dari<br />
luar <strong>Islam</strong> demi mengutamakan entitas <strong>dan</strong> pemikiran politik<br />
umat <strong>Islam</strong> sendiri (Rokeach, 1960). Karena itulah, kondisi ini<br />
bisa disamakan dengan dogmatisme, kondisi yang berujung<br />
pada intoleransi <strong>dan</strong> eksklusivisme. Menariknya, walaupun<br />
tidak mengherankan, kemunculan pola pikir tertutup dalam<br />
dunia <strong>Islam</strong> terdorong oleh perasaan inferior dalam bi<strong>dan</strong>g<br />
ekonomi <strong>dan</strong> kekuatan militer serta perasaan superior dalam<br />
hal budaya <strong>dan</strong> moralitas.<br />
Berkebalikan dari milenium pertama, dunia <strong>Islam</strong> pada<br />
paruh kedua milenium kedua justru berubah 180 derajat<br />
<strong>dan</strong> mulai bersikap reaktif, terutama terhadap Barat. Pada<br />
milenium pertama, filsafat kuno Yunani yang terancam punah<br />
diselamatkan oleh umat <strong>Islam</strong>. Bangsa Eropa menemukannya<br />
kembali melalui, salah satunya, terjemahan dari Bahasa Arab.<br />
Banyak tokoh Eropa, seperti Albertus Magnus, Roger Bacon,<br />
Thomas Aquinas, <strong>dan</strong> William of Ockham, mengembangkan<br />
keterampilan intelektual mereka di beberapa universitas<br />
Arab-<strong>Islam</strong> di Cordova, Sevilla, Granada, Valencia, <strong>dan</strong> Toledo<br />
23