Islam dan Kebebasan
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
26<br />
adalah sebuah buku kecil dari Allah, maka alam semesta<br />
<strong>dan</strong> umat manusia adalah buku besar dari Allah. Kaum<br />
Muslimin wajib membaca keduanya.<br />
4. Beberapa penulis mengklaim bahwa umat <strong>Islam</strong> harus<br />
kembali kepada Al Qur’an <strong>dan</strong> memurnikannya dari<br />
pengaruh tradisi <strong>dan</strong> sejarah. Tentu ini adalah tugas<br />
yang mustahil. Al Qur’an tidak bisa berbicara sendiri. Al<br />
Qur’an adalah wahyu yang ditujukan bagi umat <strong>Islam</strong><br />
<strong>dan</strong> tiap individu Muslim memahaminya sesuai kondisi<br />
<strong>dan</strong> kemampuan masing-masing. Tidak ada cara lainnya.<br />
Sekalipun kita bisa benar-benar memurnikan interpretasi<br />
Al Qur’an dari pengaruh tradisi <strong>dan</strong> sejarah, interpretasi itu<br />
sendiri kelak akan menjadi tradisi <strong>dan</strong> sejarah pula. Maka<br />
tidaklah realistis jika kita mengklaim bahwa Al Qur’an<br />
harus dimurnikan dari tradisi <strong>dan</strong> interpretasi terdahulu.<br />
Yang diperlukan oleh dunia <strong>Islam</strong> bukanlah interpretasi<br />
yang tidak terpengaruh oleh tradisi <strong>dan</strong> sejarah, tapi<br />
kebebasan yang memberi ruang bagi kaum Muslimin<br />
untuk menciptakan perbedaan <strong>dan</strong> interpretasi yang<br />
kompetitif.<br />
5. Konsep hukum alam harus dikembangkan di dalam ruang<br />
lingkup pemikiran sosial <strong>dan</strong> politik <strong>Islam</strong>. Konsep ini dapat<br />
dikembangkan dengan mempelajari buku besar dari Allah.<br />
Dalam tradisi liberal Barat, konsep hukum alam, baik dalam<br />
bentuk religius maupun sekuler, berperan sangat penting<br />
dalam menanggulangi dogmatisme <strong>dan</strong> fanatisme.<br />
6. Konsep umum HAM juga harus didukung dalam dunia<br />
<strong>Islam</strong>. Konsep ini mengacu kepada manusia sebagai<br />
subyek yang memiliki hak asasi, tidak dapat dicabut, <strong>dan</strong><br />
sangat diperlukan tanpa meman<strong>dan</strong>g jenis kelamin, suku<br />
bangsa, maupun agamanya. Teori hak asasi manusia telah<br />
banyak berperan dalam meredam fanatisme sekuler <strong>dan</strong><br />
religius di dunia Barat. Peran yang sama bisa terwujud pula<br />
di dunia <strong>Islam</strong>.<br />
Agar dapat menghasilkan teori umum tentang hak asasi<br />
manusia, umat <strong>Islam</strong> sekali lagi perlu membaca buku besar<br />
dari Allah. Beberapa cendekiawan berusaha menyusun<br />
konsep “hak asasi <strong>Islam</strong>i”, bukan menyusun teori umum