Islam dan Kebebasan
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Hukum <strong>Islam</strong> pada umumnya adalah kerangka kerja di mana<br />
individu <strong>dan</strong> institusi perantara masyarakat membuat kontrak<br />
untuk mengatur hubungan <strong>dan</strong> tindakan mereka, termasuk<br />
usaha bisnis mereka. Dengan demikian, pemenuhan kontrak<br />
segera muncul setelah do’a <strong>dan</strong> amal dalam daftar apa yang<br />
mendefinisikan kebenaran (2:177). Institusi formal <strong>dan</strong> informal<br />
yang muncul melalui kerangka hukum <strong>Islam</strong> ini, yang sangat<br />
menguntungkan untuk memasuki perusahaan <strong>dan</strong> pasar<br />
bebas, menjelaskan keberhasilan Muslim Spanyol.<br />
Kontrak dari berbagai jenis diatur oleh Syariah <strong>dan</strong> tunduk pada<br />
konsep halal <strong>dan</strong> haram. Kontrak pada dasarnya didasarkan<br />
pada kehendak bebas para pihak <strong>dan</strong> harus mewujudkan<br />
ungkapan sebenarnya dari niat mereka. Kegiatan ekonomi<br />
berdasarkan kontrak tersirat juga diimbangi oleh berbagai hal<br />
yang sekarang disebut prinsip kesetaraan untuk memastikan<br />
pengaruh yang tidak semestinya <strong>dan</strong> kurangnya keadilan, yang<br />
berkaitan dengan pertanyaan tentang kompetensi, validitas,<br />
pembatalan <strong>dan</strong> kerusakan.<br />
Jadi, bisa dikatakan bahwa dalam <strong>Islam</strong> setiap kontrak pada<br />
dasarnya sah asalkan tidak bertentangan dengan teks eksplisit<br />
Al-Qur’an <strong>dan</strong> Sunnah. Allah berfirman di dalam Al-Qur’an di<br />
Surat al-Maidah: ‘Hai orang-orang yang beriman, penuhilah<br />
aqad-aqad itu.’ (5:1). Seorang Muslim yang melanggar<br />
kewajiban kontraktual tidak hanya melanggar kontrak, namun<br />
juga perintah tegas dari Allah. Oleh karena itu, hal itu akan<br />
memunculkan dia bukan hanya untuk pertanggungjawaban<br />
perdata tetapi juga atas pembalasan ilahi.<br />
Kompetisi<br />
Al-Qur’an mendorong kompetisi untuk mendapatkan<br />
keuntungan dari hubungan dengan Tuhan. Hal ini tidak hanya<br />
menyangkut kehidupan akhirat, namun juga kehidupan<br />
duniawi.<br />
<strong>Islam</strong> mendorong persaingan dengan membatasi distorsi<br />
terhadap harga <strong>dan</strong> kontrol negara terhadap harga. Nabi juga<br />
174