Islam dan Kebebasan
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
orang yang baru masuk <strong>Islam</strong>. Menurut hukum <strong>Islam</strong> pada<br />
masa itu, umat <strong>Islam</strong> tidak perlu membayar pajak (tapi tetap<br />
membayar zakat atau sedekah wajib), namun orang-orang<br />
non-Muslim minoritas yang tinggal di lingkungan masyarakat<br />
tersebut harus membayar pajak atas perlindungan keamanan<br />
yang diberikan oleh pemerintah <strong>Islam</strong>. Ketika otoritas politik<br />
memahami alur pemikiran yang menyatakan bahwa keimanan<br />
dapat meningkat atau menurun, maka mereka dapat menarik<br />
pajak dari para Muallaf (orang yang baru masuk <strong>Islam</strong>) karena<br />
keimanan mereka ‘belum cukup kuat’. Ini adalah contoh lain<br />
yang menunjukkan bahwa perdebatan yang terlihat intelek,<br />
ideologis, <strong>dan</strong> agamis sangat terkait dengan perselisihan<br />
politik.<br />
Apakah Al Qur’an ‘diciptakan’?<br />
Alur pemikiran ketiga berpendapat bahwa Al Qur’an tidak<br />
diciptakan, tapi abadi <strong>dan</strong> ada bersama Allah sebelum<br />
alam semesta ada. Pihak lain berpendapat bahwa Al<br />
Qur’an diciptakan. Kitab suci umat <strong>Islam</strong> ini tidak abadi tapi<br />
diciptakan oleh Allah pada waktu tertentu. Perdebatan ini juga<br />
menimbulkan implikasi yang sangat penting.<br />
Jika kita mengadopsi konsep bahwa Al Qur’an tidak<br />
diciptakan <strong>dan</strong> abadi, maka Al Qur’an menjadi sesuatu yang<br />
‘tak tersentuh’ <strong>dan</strong> tidak memberi ruang bagi manusia untuk<br />
menginterpretasikannya. Kitab suci ini abadi <strong>dan</strong> sudah ada<br />
bersama Allah sejak awal keabadian. Oleh karena itu, tiap<br />
kata dalam Al Qur;an juga abadi, tidak bisa diperdebatkan,<br />
diperselisihkan, ditelaah kembali, atau diinterpretasi<br />
kembali dalam konteks historis-sosial tertentu. Tentu saja<br />
penerjemahan per kata yang sangat tersurat <strong>dan</strong> penerimaan<br />
ayat-ayat Al Qur’an yang ambigu apa a<strong>dan</strong>ya (tanpa bertanya<br />
“bagaimana?”) mengikuti pola pikir ini.<br />
Di sisi lain, jika pemikiran bahwa Al Qur’an ‘diciptakan’ ini<br />
diterapkan, maka Al Qur’an dapat ditelaah <strong>dan</strong> diinterpretasi<br />
kembali dalam konteks tertentu. Pola pikir ini lebih terbuka<br />
56