08.12.2018 Views

Islam dan Kebebasan

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

mereka memiliki pekerjaan tanpa gaji atau tidak mapan <strong>dan</strong><br />

tidak memiliki hak atas kepemilikan properti’ (Forum Ekonomi<br />

Dunia, 2014). Kewiraswastaan di antara para perempuan<br />

sangat rendah di dunia Arab <strong>dan</strong> hal ini tidak mengejutkan<br />

mengingat nilai Indeks Kemudahan Berbisnis seperti di Tabel 2.<br />

Negara-negara Arab, kecuali Uni Emirat Arab, Qatar, <strong>dan</strong> Kuwait,<br />

memperoleh nilai sangat rendah dalam indeks tersebut. Tidak<br />

mengherankan, negara-negara Arab juga memperoleh nilai<br />

sangat rendah dalam Laporan Kesenjangan Gender 2014.<br />

Ketiga negara, yakni Kuwait, Uni Emirat Arab, <strong>dan</strong> Qatar<br />

memiliki rezim pengaturan paling ramah pasar di kawasan<br />

TTAU <strong>dan</strong> memiliki tingkat partisipasi ekonomi perempuan<br />

tertinggi. Di negara lainnya, di lingkungan kebijakan yang<br />

secara umum tidak ramah pasar, banyak orang – terutama<br />

perempuan – menemukan pekerjaan di sektor informal.<br />

Keberadaan sektor informal yang besar lebih mungkin<br />

memengaruhi perempuan daripada laki-laki. Tentu hal ini<br />

menjadi masalah khusus di dunia Arab (Bank Dunia, 2011).<br />

‘Sementara negara-negara berpenghasilan tinggi rata-rata<br />

memiliki empat perusahaan baru per 1000 orang usia kerja,<br />

negara-negara TTAU hanya mendaftarkan 0,63 perusahaan<br />

baru, hanya sedikit lebih unggul dibandingkan Afrika sub-<br />

Sahara’ (UN Women, 2012). Meskipun hal ini memengaruhi<br />

laki-laki <strong>dan</strong> perempuan, iklim bisnis TTAU masih sangat tidak<br />

ramah bagi perempuan. Temuan Bank Dunia menunjukkan,<br />

misalnya, bahwa ‘perusahaan milik perempuan di Mesir<br />

melaporkan butuh rata-rata 86 minggu untuk menyelesaikan<br />

konflik melalui sistem hukum, dibandingkan dengan 54<br />

minggu untuk perusahaan milik laki-laki’ (Bank Dunia, 2010).<br />

Akses ke keuangan, terutama pinjaman, butuh agunan dalam<br />

bentuk aset berwujud <strong>dan</strong> riwayat kredit yang hampir tidak<br />

mungkin dimiliki perempuan karena ada hubungan timbal<br />

balik dengan faktor-faktor lain (Bank Dunia, 2013a).<br />

Yor<strong>dan</strong>ia menjadi contoh khusus yang menunjukkan betapa<br />

hubungan timbal balik antar kebijakan berbeda membatasi<br />

partisipasi ekonomi perempuan. Negara ini memiliki nilai<br />

117

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!