08.12.2018 Views

Islam dan Kebebasan

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

gaya hidup yang lebih tradisional. Se<strong>dan</strong>gkan menurut konsep<br />

masyarakat bebas atau liberal kedua, yang mengacu pada<br />

konsep kebebasan positif, tiap individu bisa menganut gaya<br />

hidupnya masing-masing. Dalam dunia yang bebas seperti<br />

ini biasanya semua individu dianggap menganut gaya hidup<br />

liberal berdasarkan konsep otonomi, yang membutuhkan<br />

evaluasi alternatif yang rasional.<br />

Bila diamati, jenis dunia liberal terdahulu, yang berdasarkan<br />

pada konsep kebebasan negatif, cenderung lebih toleran<br />

terhadap agama dalam arti bahwa dunia liberal tersebut<br />

lebih mudah mengakomodasi gaya hidup agamis. Sebaliknya,<br />

agama yang menekankan kebebasan positif pada dasarnya<br />

tidak perlu menjadi musuh bagi masyarakat yang menerapkan<br />

prinsip kebebasan negatif. <strong>Kebebasan</strong> positif yang diterapkan<br />

sebagai doktrin etis tidaklah sama dengan penerapan<br />

kebebasan positif sebagai dasar tatanan negara. 2 Sistem politik<br />

yang didasarkan pada pemahaman liberalisme secara negatif<br />

dapat mengakomodasi beberapa gaya hidup religius selama<br />

pan<strong>dan</strong>gan religius ini dapat menerima salah satu nilai liberal,<br />

yaitu kebebasan hati nurani individu (Kukathas, 2003).<br />

Nurani dapat diartikan sebagai kemampuan atau kecakapan<br />

dalam menentukan hal-hal yang benar <strong>dan</strong> salah dalam<br />

menjalani hidup. Adam Smith menyebutnya sebagai “sisi<br />

manusia di dalam hati” yang selalu mengingatkan kita jika<br />

tindakan kita bertentangan dengan apa yang kita yakini<br />

benar. Saat kita mendengarkan <strong>dan</strong> mengikuti suara hati<br />

ini, kita merasa jujur <strong>dan</strong> benar, <strong>dan</strong> sebaliknya, kita merasa<br />

bersalah jika melakukan hal yang bertentangan. Kelemahan<br />

kemauan atau faktor eksternal lain, seperti hambatan fisik<br />

<strong>dan</strong>/atau psikis, bisa menjadi penyebab ketidakmampuan<br />

kita mengikuti hati nurani. Kita meyakini bahwa kita harus<br />

mengikuti hati nurani sepanjang waktu, walaupun kita ka<strong>dan</strong>g<br />

mampu <strong>dan</strong> ka<strong>dan</strong>g tidak mampu mengikutinya. Oleh karena<br />

itu, hati nurani menjadi ciri khas manusia. Terkait dengan hal<br />

2 Referensi lain tentang perbedaan antara liberalisme politis <strong>dan</strong> liberalisme etis/<br />

komprehensif dapat dibaca di Waldron (2004).<br />

15

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!