Islam dan Kebebasan
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
menerima ajaran <strong>Islam</strong>, ia juga berusaha mengharmonisasikan<br />
antara agama dengan filsafat tanpa menghilangkan<br />
perbedaannya. Selain itu, Ibnu Rusyd meyakini bahwa Al<br />
Qur’an mengandung kebenaran tertinggi <strong>dan</strong> kata-kata di<br />
dalamnya jangan dipahami secara literal.<br />
Kotak 1. Perbedaan Sunni & Syiah<br />
Akar perbedaan antara Muslim Sunni <strong>dan</strong> Syiah berakar dari awal<br />
sejarah <strong>Islam</strong> <strong>dan</strong> terkait dengan perselisihan mengenai suksesi<br />
kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Saat beliau meninggal dunia<br />
pada tahun 632 Masehi, terjadilah perpecahan yang berujung<br />
pada perselisihan tentang siapa yang pantas menggantikan beliau.<br />
Perselisihan ini terwujud dalam Perang Siffin <strong>dan</strong> semakin panas<br />
setelah peristiwa Perang Karbala yang menewaskan cucu Nabi<br />
Muhammad SAW, Husein, beserta keluarganya.<br />
Sepanjang abad pertengahan, konflik antara Sunni <strong>dan</strong> Syiah<br />
terus terjadi. Perbedaan yang awalnya hanya perselisihan politik<br />
mengenai suksesi, berubah menjadi perbedaan dalam hal hukum<br />
<strong>dan</strong> pemahaman agama.<br />
Saat ini, sebagian besar mayoritas umat <strong>Islam</strong> adalah Sunni,<br />
se<strong>dan</strong>gkan minoritas terbesar umat <strong>Islam</strong> (sekitar 10-15 persen)<br />
adalah Syiah. Kaum Syiah kebanyakan tinggal di Iran, Irak, Azerbaijan,<br />
Lebanon, Bahrain, <strong>dan</strong> Yaman, namun sangat banyak pula kelompok<br />
masyarakat Syiah yang tinggal di seluruh dunia <strong>Islam</strong>.<br />
Saat terjadi kebangkitan dunia Arab pasca-revolusi, khususnya di<br />
beberapa negara seperti Irak, Bahrain, <strong>dan</strong> Arab Saudi, pertanyaan<br />
tentang konflik Sunni-Syiah kembali mengemuka, bahkan<br />
mengakibatkan korban jiwa di kedua belah pihak. Ketakutan<br />
terhadap ‘kebangkitan Syiah’ diungkapkan oleh pemerintah<br />
beberapa negara yang mayoritas Sunni. Namun, ketakutan tentang<br />
solidaritas kaum Syiah yang menentang kaum Sunni tidak terbukti<br />
memiliki dasar yang kuat karena, secara umum, penentuan Sunni<br />
atau Syiah bukanlah satu-satunya faktor penentu identitas politik<br />
seseorang. Faktor-faktor lain, seperti ekonomi, sosial, nasionalisme,<br />
<strong>dan</strong> kesukuan merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan <strong>dan</strong><br />
mungkin lebih mengganggu daripada perbedaan antara Sunni <strong>dan</strong><br />
Syiah.<br />
3