08.12.2018 Views

Islam dan Kebebasan

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Keduanya telah mengakomodasi sikap politik yang modern<br />

<strong>dan</strong> moderat, serta sikap anti-Barat sampai batas tertentu.<br />

Meskipun demikian, pendekatan banyak kaum <strong>Islam</strong>is adalah<br />

untuk ‘melihat kembali esensi’, mengabaikan nilai-nilai <strong>Islam</strong><br />

tradisional (kecuali Al-Qur’an <strong>dan</strong> Sunnah) <strong>dan</strong> menolak<br />

pengalaman historis umat <strong>Islam</strong>. Kaum reformis telah membela<br />

nilai-nilai Barat ke dunia Muslim. Kedua kelompok tersebut<br />

telah menghindari ekstremisme. Kaum <strong>Islam</strong>is kebanyakan<br />

membela hubungan antara Al-Qur’an <strong>dan</strong> bi<strong>dan</strong>g politik,<br />

bukan untuk mempromosikan jalur kekerasan, tapi juga<br />

untuk mempromosikan pluralisme, demokrasi <strong>dan</strong> nilai-nilai<br />

Barat yang modern lainnya. Beberapa kelompok <strong>Islam</strong> bahkan<br />

mengklaim bahwa beberapa proses politik sekuler dapat<br />

diterima walaupun tidak semuanya.<br />

Kaum reformis menolak untuk ‘kembali ke dasar’ <strong>dan</strong><br />

menghubungkan Al-Qur’an ke ranah politik. Mereka tetap<br />

sekuler di bi<strong>dan</strong>g politik, ekonomi, <strong>dan</strong> lain-lain. Mereka<br />

mempertahankan nilai-nilai Barat sebagaimana a<strong>dan</strong>ya. Kita<br />

bisa menghubungkan ‘modernisme’ dengan kedua kelompok<br />

tersebut, namun bukan reformisme.<br />

Setidaknya ada dua alasan untuk perubahan sikap terhadap<br />

penggunaan kekerasan dalam proses politik dalam dua abad<br />

terakhir. Pertama, ada kediktatoran sekuler yang membatasi<br />

hak asasi manusia. Kedua, telah terjadi perkembangan<br />

pemikiran baru seperti dijelaskan di atas. Peristiwa dalam<br />

beberapa dekade terakhir tidak meningkatkan kemauan untuk<br />

menggunakan kekerasan, namun memang meningkatkan<br />

basis sosial kelompok pro-kekerasan. Meskipun jihadisme<br />

mengambil pendekatan Ahl al-Hadits dalam hal sistem<br />

kepercayaannya, ini merupakan fenomena modern. Hal<br />

itu adalah pengalaman politik umat <strong>Islam</strong> dalam dua abad<br />

terakhir yang membuat jihadisme muncul. Gerakan <strong>Islam</strong><br />

dalam periode penjajahan umumnya moderat. Namun, setelah<br />

penjajahan diganti dengan kediktatoran sekuler, pertama<br />

kaum fundamentalis, maka gerakan jihad berhasil. Karena itu,<br />

masih merupakan fakta bahwa kondisi historis yang membantu<br />

152

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!