08.12.2018 Views

Islam dan Kebebasan

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

‘penelitian yang teliti mengenai sumber-sumber tradisi <strong>Islam</strong><br />

terdahulu mengungkapkan sikap yang semakin keras terhadap<br />

kemurta<strong>dan</strong> ... karena pan<strong>dan</strong>gan yang bertentangan telah<br />

dihubungkan dengan pendukung tradisional terdahulu,<br />

termasuk pendiri sekolah hukum, para ahli hukum berikutnya<br />

bebas menafsirkan tradisi klasik untuk disesuaikan dengan<br />

perangai mereka sendiri, masa <strong>dan</strong> iklim politik di tempat<br />

mereka tinggal’.<br />

Saeed (2004: 98), di dalam buku penting tentang kemurta<strong>dan</strong>,<br />

mengutip Rached Ghannouchi yang menyatakan bahwa<br />

kemurta<strong>dan</strong> adalah kejahatan politik <strong>dan</strong> bahwa petunjuk<br />

Al Quran menegaskan prinsip kebebasan beragama <strong>dan</strong><br />

melarang paksaan.<br />

Pembebasan yang diberikan kepada perempuan <strong>dan</strong> kaum<br />

minoritas juga menjadi petunjuk bahwa mereka yang<br />

merancang hukum kemurta<strong>dan</strong> memikirkan kemanfaatan<br />

politik. Sulayman (2011), dalam bukunya Tolerance and<br />

Coercion in <strong>Islam</strong>, menyimpulkan bahwa para petarunglah<br />

yang bertanggung jawab menerima atau tidak menerima<br />

<strong>Islam</strong>. Friedman (2003) meringkas pan<strong>dan</strong>gan <strong>dan</strong> argumen<br />

Abu Hanifa, imam pertama <strong>dan</strong> terbesar di antara empat<br />

imam sunni. Dia menyatakan: ‘Jadi, dalam analisis Abu Hanifa,<br />

kemurta<strong>dan</strong> memiliki dua aspek. Yaitu dosa yang bersifat<br />

keagamaan yang akan dihukum Tuhan di akhirat, <strong>dan</strong> juga<br />

kejahatan politik, yang kemungkinan besar diikuti dengan<br />

pemberontakan’ (Friedman, 2003: 137). Dalam analisis<br />

Friedman, persepsi Abu Hanifa adalah bahwa kemurta<strong>dan</strong><br />

muslim laki-laki pada mulanya adalah kejahatan politik, yang<br />

melibatkan bahaya pemberontakan. Hukuman berat yang<br />

dibawanya adalah masalah kebijakan publik, yang dirancang<br />

untuk melindungi kesejahteraan muslim.<br />

Menurut Ayoub (1994), kemurta<strong>dan</strong> tetap menjadi masalah<br />

teoretis bagi muslim hingga saat ini <strong>dan</strong> menjadi masalah<br />

penting seperti pertanyaan politik atas bangkitnya<br />

kolonialisme Barat. Ayoub mengutarakan bahwa masalah ini<br />

mengakar, <strong>dan</strong> dipengaruhi oleh, sekularisasi yang dipaksakan<br />

102

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!