08.12.2018 Views

Islam dan Kebebasan

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>dan</strong> berusaha memahami, menjelaskan, <strong>dan</strong> mendukung<br />

keyakinan <strong>dan</strong> perintah <strong>Islam</strong> berdasarkan akal, logika, <strong>dan</strong><br />

argumentasi rasional. Eliacik menggambarkan mazhab ini<br />

sebagai “dinamika pemikiran utama” dalam sejarah pemikiran<br />

<strong>Islam</strong> karena banyak kalam (filsafat teologis), fikih (hukum),<br />

politik, <strong>dan</strong> tafsir (interpretasi Al Qur’an) yang mengacu pada<br />

pemikiran yang dihasilkan oleh tokoh-tokoh Mu’tazillah.<br />

Mazhab yang banyak dikritisi oleh beberapa tokoh mazhab<br />

fatalisme konservatif ini berpendapat bahwa Allah (Tuhan)<br />

adalah Alim (maha mengetahui <strong>dan</strong> maha bijaksana) <strong>dan</strong> Adil<br />

(maha adil). Karena itulah perbuatan salah, penindasan, <strong>dan</strong><br />

kekejaman tidak pantas disematkan kepada-Nya karena Dia<br />

memerintahkan manusia untuk bersikap adil <strong>dan</strong> melarang<br />

manusia dari perbuatan yang menindas sesama, sehingga tentu<br />

tidak masuk akal jika Tuhan bertindak sebaliknya. Oleh karena<br />

itu, pilihan antara kebaikan <strong>dan</strong> keburukan, beriman atau tidak<br />

mengimani, kepatuhan atau pembangkangan, <strong>dan</strong> sebagainya<br />

adalah tindakan manusia itu sendiri. Manusialah yang memilih<br />

atau menentukan tindakannya sendiri, <strong>dan</strong> takdir pun tidak<br />

berlaku. Tanggung jawab memerlukan kemampuan untuk<br />

bertindak secara mandiri <strong>dan</strong> manusia harus menentukan<br />

pilihannya. Ibnu Hazm <strong>dan</strong> Wasil bin Ata berpendapat, “Jika<br />

kita berpendapat bahwa manusia bertindak sesuai takdir yang<br />

telah ditentukan, maka seluruh fondasi moral <strong>dan</strong> hukum<br />

agama akan runtuh.” (Eliacik, 2001: 200).<br />

Mu’tazillah juga memiliki pendapat yang mendukung<br />

keberadaan al-manzilah bain al-manzilatain (pertengahan<br />

di antara dua sisi). Ada tempat di tengah bagi mereka yang<br />

berdosa besar, tempat ini bukanlah Surga atau Neraka.<br />

Pendapat ini awalnya muncul dari diskusi tentang siapa yang<br />

benar <strong>dan</strong> siapa yang salah antara Ali <strong>dan</strong> Muawiyah, serta siapa<br />

yang akan masuk surga <strong>dan</strong> siapa yang akan masuk neraka.<br />

Penganut mazhab Mursyi (Penunda), berpendapat bahwa kita<br />

tidak akan tahu pasti siapa yang benar, <strong>dan</strong> hanya Tuhan yang<br />

mengetahuinya. Jadi, daripada meributkan tentang sebuah<br />

masalah yang tidak mungkin dipecahkan, sebaiknya ‘ditunda’<br />

50

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!