Islam dan Kebebasan
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
<strong>Islam</strong> nampaknya memperoleh ketegangan patologis.<br />
Bahwasanya, nampak bagi saya bahwa kita telah<br />
memasukkan semua gambaran barat yang kontemporer<br />
<strong>dan</strong> historis tentang <strong>Islam</strong> <strong>dan</strong> muslim yang telah<br />
menghantui kita selama berabad-abad.<br />
Sardar melanjutkan bahwa masalah ini terjadi karena<br />
pengangkatan syariah ke level ilahiah, dengan konsekuensi<br />
penghapusan lembaga dari para pemeluk, <strong>dan</strong> penyamaan<br />
<strong>Islam</strong> dengan negara.<br />
Alasan lebih lanjut mengapa suara-suara toleran tidak<br />
berpengaruh besar adalah karena politik. Faktor-faktor<br />
mulai dari pascakolonialisme, depotisme pascakolonialisme,<br />
hegemoni Barat saat ini, menyerang negeri muslim selama<br />
seperempat abad terakhir, <strong>dan</strong> muslim yang hidup dalam<br />
masyarakat global yang saling terhubung, dengan pesatnya<br />
pertumbuhan populasi semuanya berakibat pada kebangkitan<br />
teori reaksioner bernegara <strong>Islam</strong>, dengan dasar pikiran yang<br />
salah. Tetapi, karena mereka menjanjikan negeri penuh susu<br />
<strong>dan</strong> madu kepada kaum papa, mereka menarik pengikut.<br />
Morrow (2013: 63) mengisyaratkan bahwa ‘periode intoleransi<br />
terbesar (dalam masyarakat muslim) bertepatan dengan<br />
pendudukan imperialis Barat, dulu <strong>dan</strong> sekarang.’<br />
Keadaan ini lebih lanjut didorong oleh penguasa negara-negara<br />
muslim yang tak memperhitungkan masa depan. Dengan<br />
korupsi yang merajalela <strong>dan</strong> kapitalisme kroni, demokrasi<br />
hanyalah pemilihan dengan para elit yang mengeksploitasi<br />
sumber daya demi kepentingan pribadi. Penguasa seperti<br />
ini, yang acap kali didukung oleh pemerintah Barat yang<br />
berpan<strong>dan</strong>gan <strong>dan</strong>gkal, tidak memperhatikan perbaikan<br />
nasib sosial, politik, <strong>dan</strong> intelektual masyarakat muslim. Ada<br />
persekutuan keji antara ortodoks Mullah <strong>dan</strong> elit monopolistik.<br />
Persekutuan ini terus melanggengkan perpaduan antara<br />
kemiskinan, pendidikan rendah, <strong>dan</strong> tafsiran ekstremis atas<br />
<strong>Islam</strong>.<br />
98