08.12.2018 Views

Islam dan Kebebasan

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

pembangunan menyelesaikan banyak pekerjaan penting<br />

dalam menganalisis subordinasi perempuan <strong>dan</strong> sebabsebabnya<br />

sekaligus menyampaikan saran terkait untuk<br />

merobohkan siklus subordinasi dengan memberi perempuan<br />

lebih banyak akses ke sumber daya, penerapannya sendiri<br />

mendatangkan kelemahan besar dalam mengatasi subordinasi<br />

perempuan secara terpisah dari situasi semacam ini <strong>dan</strong> sistem<br />

sosial yang membentuknya. Kesadaran ini juga didorong oleh<br />

meningkatnya kecaman dalam kesarjanaan feminis terhadap<br />

ide memperlakukan perempuan sebagai satu kelompok<br />

homogen terlepas dari situasi berbeda di tempat mereka<br />

tinggal (ibid: 12).<br />

Dengan fokus pada norma sosial-budaya <strong>dan</strong> bagaimana<br />

kedudukan laki-laki <strong>dan</strong> perempuan dibentuk <strong>dan</strong><br />

dipertahankan, muncul paradigma baru yang juga dijadikan<br />

sebagai kerangka kebijakan umum. Pendekatan gender <strong>dan</strong><br />

pembangunan membutuhkan kebijakan sensitif-gender di<br />

semua bi<strong>dan</strong>g alih-alih kebijakan atau proyek khusus yang<br />

diarahkan hanya untuk perempuan. Bahasa gender saat ini<br />

menjadi istilah yang digunakan di bi<strong>dan</strong>g kebijakan <strong>dan</strong><br />

penerapan pembangunan. Namun, hasilnya tidak banyak<br />

berbeda dengan hasil dari pendekatan perempuan dalam<br />

pembangunan, terutama di negara-negara berkembang.<br />

Barangkali kawasan TTAU mewakili kasus paling menantang<br />

terkait mengangkat kedudukan perempuan dalam proses<br />

pembangunan, dengan mempertimbangkan sifat patriarkat<br />

kompleks serta faktor-faktor sosial, budaya, <strong>dan</strong> keagamaan<br />

yang semuanya memainkan peran.<br />

Deklarasi <strong>dan</strong> kerangka aksi Beijing, yang diadopsi selama<br />

Konferensi Dunia Keempat tentang Perempuan tahun 1995,<br />

<strong>dan</strong> ditegaskan ulang oleh PBB tahun 2000, adalah kerangka<br />

kebijakan global paling komprehensif yang telah memengaruhi<br />

pembuatan kebijakan karena menyangkut perempuan di<br />

seluruh dunia, termasuk kawasan TTAU. Dengan melihat sejauh<br />

mana penerapan <strong>dan</strong> kepatuhan pada ketetapannya (oleh<br />

pemerintah <strong>dan</strong> masyarakat sipil), nampak tantangan besar<br />

110

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!