08.12.2018 Views

Islam dan Kebebasan

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain<br />

itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui’<br />

(2:188). Nabi Muhammad SAW, dalam hijrah perpisahannya<br />

menyatakan (lihat Haykal 1976: 486): ‘Hai manusia, hidupmu<br />

<strong>dan</strong> harta bendamu akan menjadi kehormatan sampai kamu<br />

bertemu dengan Tuhanmu. Keselamatan hidup <strong>dan</strong> harta<br />

bendamu akan menjadi sama berharganya dengan hari suci<br />

<strong>dan</strong> bulan suci ini.’<br />

Berbeda dengan sosialisme, <strong>Islam</strong> mengabadikan kepemilikan<br />

pribadi sebagai kepercayaan suci. Menurut Al-Qur’an, segala<br />

sesuatu di dunia ini milik Allah. Individu, kepada siapa saja yang<br />

Allah telah percayakan dunia, memiliki harta benda mereka<br />

sendiri <strong>dan</strong> umat <strong>Islam</strong> harus menghormati harta benda pribadi<br />

orang lain juga. ‘Hai orang-orang yang beriman! Janganlah<br />

kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum<br />

meminta izin <strong>dan</strong> memberi salam kepada penghuninya.’ (24:27).<br />

Oleh karena itu, konsep harta benda pribadi tersebut, yang<br />

mapan di kalangan masyarakat Semit, diambil seperti yang<br />

dituliskan oleh Al-Qur’an. Bukannya memodifikasi konsep harta<br />

benda, Al-Qur’an menentukan persyaratan untuk kebajikannya<br />

<strong>dan</strong> kesenangan <strong>dan</strong> pekerjaannya yang sehat. Harta benda<br />

seharusnya tidak digunakan dengan sia-sia atau dengan cara<br />

yang akan menghalangi orang lain untuk memperoleh harta<br />

benda secara benar (2:188). Bila seseorang memegang harta<br />

benda orang lain dengan kepercayaan, misalnya untuk anak<br />

yatim, orang tersebut tidak boleh mengalihkannya untuk<br />

keuntungan pribadi seseorang (2:2; 4:10); <strong>dan</strong> seseorang<br />

seharusnya tidak menyerahkan harta miliknya kepada orangorang<br />

yang tidak mampu mengelolanya (2:5). Jika anak yatim<br />

telah dewasa, mereka harus diberi kontrol atas harta mereka<br />

sendiri (2:6). Hak waris tidak hanya dihormati (4:33), namun<br />

diperluas untuk mencakup perempuan (4:7). Hak kepemilikan<br />

perempuan juga sama sakralnya dengan hak kepemilikan<br />

laki-laki dalam kasus lain (4:24; 4:32) serta perlakuan terhadap<br />

perempuan sebagai barang bergerak dilarang (4:19).<br />

172

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!