08.12.2018 Views

Islam dan Kebebasan

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Hijrah, perjalanan suci Nabi Muhammad SAW dari Mekkah<br />

ke Madinah (Yatsrib), terjadi pada tahun 622, <strong>dan</strong> orangorang<br />

Muslim mulai membentuk model negara. Proses ini<br />

dimulai dengan Hijrah <strong>dan</strong> mendapatkan kecepatan dengan<br />

menaklukkan Mekah pada tahun 630. Ketika pesan <strong>Islam</strong><br />

menyebar, sebuah negara kuat juga muncul. Setelah tahun<br />

630, <strong>Islam</strong> mulai menyebar dari Hijaz juga, <strong>dan</strong> perbatasan<br />

negara pun berkembang. Sebenarnya, Nabi Muhammad SAW<br />

tidak mengklaim kepemimpinan politik apa pun: beliau adalah<br />

seorang Nabi. Namun, fakta bahwa tidak ada negara yang<br />

kuat di Hijaz, <strong>dan</strong> harapan orang Arab untuk persatuan politik,<br />

menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin politik<br />

yang alami. Kesuksesan politik Nabi Muhammad SAW terjadi<br />

sebelum keberhasilan beragama. Sebelum pesan <strong>Islam</strong> selesai,<br />

Nabi Muhammad SAW memproklamasikan kemenangan<br />

politiknya <strong>dan</strong> menciptakan sebuah negara kuat yang dapat<br />

mengalahkan Kekaisaran Bizantium <strong>dan</strong> Persia secara tidak<br />

langsung dalam waktu yang sangat singkat.<br />

Nabi Muhammad SAW tidak menjanjikan sebuah negara<br />

kepada orang-orang Muslim, <strong>dan</strong> tidak memberikan model<br />

negara. Beliau mendapati dirinya sendiri sebagai pemimpin<br />

politik umat Muslim secara spontan saat beliau menyebarkan<br />

pesannya. Kewenangan religius <strong>dan</strong> duniawi tergabung dalam<br />

kepribadian Nabi Muhammad SAW. Penggabungan kedua<br />

ikatan autentik ini tidak dialami sebelumnya dalam tradisi Nabi<br />

Ibrahim AS yang pesannya dilanjutkan oleh Nabi Muhammad<br />

SAW. Situasi serupa juga diamati sebagian pada masa Nabi<br />

Daud AS <strong>dan</strong> Nabi Sulaiman AS; namun, kekuatan politik<br />

Nabi Muhammad SAW jauh melampaui kemampuan mereka.<br />

Sebelum wahyu berakhir, Nabi Muhammad SAW mengambil<br />

otoritas negara di tangan beliau, <strong>dan</strong> otoritas ini adalah alat<br />

yang efektif untuk menyebarkan pesan ilahi. Sebenarnya, beliau<br />

tidak memiliki tujuan politik; Tujuan utama beliau adalah untuk<br />

menyampaikan pesan ilahi kepada seluruh umat manusia.<br />

Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW tidak menghadapi<br />

otoritas yang mencegah beliau untuk mengun<strong>dan</strong>g orang<br />

144

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!