20.11.2014 Views

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pendidikan Multikultural dan Anti Kekerasan Melalui<br />

Permainan Garis<br />

sekali. Kalau umat Kristen atau Katolik yang<br />

mendirikan gereja di tengah kelompok Muslim<br />

beribadahnya tidak cuma setahun sekali, tapi seminggu<br />

sekali. Jadi ya menganggu dong!<br />

Pernyataan tersebut ditanggapi siswa yang lain lagi.<br />

Dewi : Menurut saya, bukan soal seminggu sekali atau setahun<br />

sekali, tetapi rasa nyaman yang dirasakan Aditya di<br />

Belanda substansinya adalah karena masyarakat Belanda<br />

menghargai mereka yang berbeda keyakinan.<br />

Fadly tampak ingin kembali membantah pernyataan Ika, namun<br />

sayangnya bel tanda istirahat sudah berdering. Pembelajaran selesai,<br />

tetapi beberapa siswa tampak kecewa karena belum kebagian bersuara.<br />

Saya meminta setiap siswa untuk merenungkan setiap dialog dalam<br />

permainan ini, minggu depan akan kita diskusikan untuk kemudian<br />

ditarik kesimpulan.<br />

***<br />

Setelah pembelajaran, saya berkali-kali merenung. Terus terang saya sangat<br />

kaget mendengar jawaban-jawaban para siswa saya. Mungkin banyak siswa<br />

saya yang sebenarnya belum mengenal istilah “multikultural”. Namun<br />

bagi saya ini tidak menjadi masalah berarti --karena bisa jadi mereka<br />

mungkin ada yang belum pernah mendengar dan mempelajarinya--,<br />

namun yang mengejutkan adalah banyak diantara mereka sudah berpikir<br />

plural. Bahkan proses pembelajaran ini kemudian menjadi gerbong<br />

untuk membangun proses berpikir siswa lain yang mungkin awalnya<br />

belum multikultural cara berpikirnya kemudian menjadi berubah<br />

pandangannya.<br />

Saya menyakini jika guru memiliki pemahaman, sikap dan perilaku<br />

multikultural pasti dengan sungguh-sungguh dia tidak akan ragu<br />

melakukan pendidikan multikultural di kelasnya. Guru seharusnya<br />

galau melihat situasi Indonesia belakangan ini, dimana masyarakat kita<br />

melakukan tindak kekerasan karena tidak mau menerima keberagaman<br />

agama --sebagai contoh, terjadi penyerangan terhadap Ahmadiyah<br />

di Cikeusik yang menewaskan tiga orang, pembakaran tiga gereja<br />

Pantekosta di Temanggung, penyerangan pesantren yang beda aliran dan<br />

ajaran di Jawa Timur. Menyusul kemudian serangkaian teror bom buku<br />

106 MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!