20.11.2014 Views

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Muhd. Abdullah Darraz<br />

mengetahui konten apa yang disampaikan dalam proses pembinaan yang<br />

dilakukan oleh kelompok luar sekolah tersebut.<br />

Melalui pertemuan Rohis mingguan, para aktivis kelompok radikal<br />

melakukan pembinaan terhadap para siswa Rohis yang diselenggarakan<br />

diluar sekolah dan diluar jam sekolah. Dengan kondisi seperti ini, peran<br />

guru pembina kesiswaan dan pihak sekolah menjadi terbatas dalam<br />

mengontrol dan mengawasi berbagai dinamika yang berkembang dalam<br />

aktivitas para pengurus/anggota Rohis.<br />

Keberadaan Rohis sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler di SMU<br />

Negeri, saat ini telah dijadikan pintu masuk yang sangat efektif bagi<br />

proses infiltrasi pandangan-pandangan radikal, intoleran, eksklusif, anti-<br />

HAM, bahkan anti ideologi Pancasila yang dihembuskan oleh kelompokkelompok<br />

radikal. Dalam hal ini, para pelajar aktivis Rohis yang terlibat<br />

dalam pergumulan tersebut, mesti diposisikan sebagai korban dari<br />

proses radikalisasi yang membelenggu mereka. Oleh karena itu menjadi<br />

signifikan untuk melakukan transformasi nilai-nilai HAM, demokrasi,<br />

toleransi, dan anti-kekerasan di kalangan aktivis Rohis guna memutus<br />

proses infiltrasi pandangan radikal di kalangan pelajar secara umum.<br />

Saya ingin mengambil beberapa contoh, misalnya dalam penelitian<br />

yang dilakukan MAARIF Institute (2011), ditemukan adanya infiltrasi<br />

yang dilakukan gerakan radikal tertentu melalui kegiatan Rohis di<br />

salah satu SMU Negeri di Yogyakarta, dengan mengajarkan doktrin<br />

anti-nasionalisme yang terdapat dalam dokumen modul mentoring<br />

yang mereka pelajari. Dalam dokumen tersebut nasionalisme dianggap<br />

sebagai faham yang merusak Islam dari dalam, dan oleh karenanya<br />

nasionalisme menjadi diharamkan. 16 Doktrin ini dalam beberapa kasus,<br />

telah mendorong adanya pe<strong>no</strong>lakan yang dilakukan oleh para pelajar<br />

untuk mengikuti upacara penghormatan dan pengibaran bendera Merah<br />

Putih.<br />

16 Fakta yang cukup mencengangkan ini ditemukan di sebuah sekolah negeri yang sepatutnya memperkuat<br />

nilai-nilai kebangsaan. Muatan ini secara spesifik terdapat pada sebuah bab modul mentoring yang mengulas<br />

tentang tema “Ghozwul Fikri” (GF) atau diartikan sebagai peran pemikiran. Di dalamnya disebutkan bahwa<br />

Ghozwul Fikri adalah penyerangan dengan berbagai cara terhadap pemikiran umat Islam agar menyimpangkan<br />

pemikiran umat Islam dari pemikiran asal yang islami menjadi pemikiran yang rancu, batil, dan meracuni. Dalam<br />

metode Ghozwul Fikri pada modul mentoring ini tertulis bahwa penyebaran faham Nasionalisme termasuk<br />

bagian dari upaya menyerang Islam dari dalam. Nasionalisme disebutkan sebagai paham yang membunuh<br />

ruh ukhuwah Islamiyah yang merupakan azas kekuatan umat Islam. Ahmad Gaus AF, dkk, “Laporan Penelitian<br />

Pemetaan Problem Radikalisme di SMU Negeri (Kab. Pandeglang, Kab. Cianjur, Kota Yogyakarta, Kota<br />

Surakarta)”, hal. 43-44<br />

MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong><br />

161

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!