vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Wahyudi Akmaliah Muhammad & Khelmy K. Pribadi<br />
18 tahun, “sehingga ada usia yang tumpang-tindih dengan anak muda”.<br />
Kerancuan identitas ini, menurut PBB, ‘terjadi saat melihat tumpang<br />
tindih dengan definisi-definisi lainnya: Adolescents antara 10-19 tahun,<br />
Teenagers antara 13-19 tahun, Young Adults antara 20-24 tahun, dan Young<br />
People antara 10-24 tahun’.<br />
Keragaman definisi ini menunjukkan bahwa usia, meskipun itu<br />
menjadi tolak ukur yang penting, tetapi bukan satu-satunya kategori<br />
yang dapat menjelaskan siapa itu anak muda. Setidaknya, ada kategori<br />
dan konteks sosial tertentu mengapa seseorang dikatakan sebagai anak<br />
muda. Namun, definisi yang dikemukakan Nilan dan Feixa (2006)<br />
memberikan penjelasan yang lebih proporsional, yaitu mereka yang<br />
merujuk secara kolektif pada skala kro<strong>no</strong>logis yang luas, baik laki-laki<br />
maupun perempuan, rentang antara 12 hingga 35 tahun. Secara spesifik,<br />
Yudhistira (2010: 11) dengan mengutip Siegel (1986) dan Railon (1989)<br />
membedakan anak muda Indonesia menjadi dua, remaja dan pemuda.<br />
Pengertian pertama bersifat apolitis, mereka yang memiliki kesamaan<br />
selera, aspirasi, dan gaya hidup, yang ingin selalu berubah dan umumnya<br />
mengacu pada perkembangan yang terjadi pada tingkat global, terutama<br />
Barat. Kedua, bersifat politis, mereka yang memiliki kesadaran lebih<br />
tinggi akan persoalan bangsanya, seperti persoalan korupsi dan sistem.<br />
Mereka juga memiliki idealisme yang seringkali bertentangan dengan<br />
kenyataan yang tengah terjadi di masyarakat. Definisi ini cenderung<br />
dikaitkan dengan posisi mahasiswa.<br />
Secara garis besar, sebagaimana dijelaskan Yudhistira (2010: 14-18),<br />
setidaknya ada empat fase sejarah bagaimana anak muda diko<strong>no</strong>tasikan.<br />
Pertama, periode awal abad ke 20 di tengah pergolakan zaman re<strong>vol</strong>usi.<br />
Anak muda, biasa disebut dengan pemuda, diidentikkan dengan<br />
kegiatan politik dan ideologi dan menjadi bagian dari identitas mereka.<br />
Dengan demikian, proklamasi kemerdekaan tidak akan terjadi tanpa<br />
peranan pemuda yang menculik dan mendesak Soekar<strong>no</strong>-Hatta untuk<br />
memproklamirkan Indonesia merdeka. Meskipun, jauh sebelum itu, jika<br />
dirunut gagasan pemuda dan ide generasi pemuda itu sangat panjang,<br />
bukan semata-mata re<strong>vol</strong>usi fisik. Ini terlihat dengan adanya organisasi<br />
Budi Utomo yang menunjukkan gelora anak muda, di mana kebanyakan<br />
mereka adalah berusia 21-22 tahun, terpelajar, berpendidikan modern,<br />
kelas menengah atas, dan memiliki kesadaran politik. Kedua, anak muda<br />
(baca: pemuda) pada masa pendudukan Jepang dan periode sesudahnya.<br />
MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong><br />
135