vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Yang Muda, Yang Radikal<br />
kelompoknya itu saja, sedangkan afiliasi majemuk berarti para anggota<br />
umumnya berafiliasi kepada berbagai kelompok secara bersamaan.<br />
Perbedaan tipe aktivisme Islam dan pola afiliasi keanggotaan tersebut<br />
pada gilirannya berpengaruh pada jalur kehidupan (life trajectory) yang<br />
dipilih pada periode pasca-jihad.<br />
Dari narasi biografis yang saya kumpulkan terhadap sejumlah aktivis<br />
jihad yang berasal dari tiga varian aktivis Islam, terlihat pola sederhana<br />
sebagai berikut. Mereka terlibat dalam gerakan jihad melalui jejaring<br />
sosial salafi, cenderung menempuh jalur kehidupan yang ekslusif,<br />
bahkan sebagian memilih tinggal di dalam ‘komunitas kantong’ (enclave<br />
community). Mereka me<strong>no</strong>lak untuk terlibat dalam proses politik di<br />
dalam sistem demokrasi serta me<strong>no</strong>lak penggunaan kekerasan/terorisme<br />
sebagai metode perjuangan. Dalam riset, saya menemukan dua orang<br />
aktivis jihad dari kelompok ini yang memutuskan untuk menetap di<br />
daerah pasca-konflik di Ambon dan di Poso, Sulawesi Tengah, sedang dua<br />
lainnya memutuskan untuk kembali tempat tinggal sebelumnya, yakni di<br />
Yogyakarta. Dua orang yang menetap di Ambon dan Poso serta seorang<br />
yang kembali di Yogya mereka tinggal di sebuah kantong komunitas<br />
ekslusif yang bersahaja dan ditinggali hanya oleh sejawat aktivis salafi,<br />
sedang seorang lainnya (kebetulan seorang dokter spesialis) tinggal di<br />
sebuah perumahan kelas menengah di daerah Godean, Sleman.<br />
Sementara mereka yang terlibat dalam gerakan jihad melalui jejaring<br />
sosial jihadi, cenderung melanjutkan keterlibatan mereka dalam aktivisme<br />
dan aksi terorisme pada periode pasca-konflik komunal. Sebagian<br />
mereka kemudian tertangkap dan menjalani kehidupan di dalam<br />
penjara; sebagian masih di dalam penjara hingga hari ini, sebagian sudah<br />
menempuh udara bebas. Seperti para aktivis salafi, mereka me<strong>no</strong>lak<br />
untuk terlibat dalam proses politik di bawah sistem demokrasi, namun<br />
mereka menjustifikasi penggunaan kekerasan/teror sebagai metode<br />
perjuangan.<br />
Yang terakhir, mereka yang terlibat dalam gerakan jihad melalui jejaring<br />
sosial politik, cenderung melanjutkan keterlibatan mereka di arena<br />
politik, khususnya dalam setting desentralisasi, dengan memainkan peran<br />
yang besar di masyarakat. Berbeda dengan dua varian aktivisme Islam<br />
lainnya, mereka melihat keterlibatan dalam proses politik dalam sistem<br />
demokrasi sebagai absah dan legitimate, bahkan fungsional sebagai metode<br />
38<br />
MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong>