vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Membangun Keberagamaan Inklusif-Dialogis di<br />
SMA PIRI I Yogyakarta<br />
B. Peran Strategis Guru Agama<br />
114 MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong><br />
agama diajarkan kepada peserta didik agar mampu menjadi pandangan,<br />
sikap dan cara hidup (way of life) di tengah kemajemukan. Hal ini bisa<br />
menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi pendidikan agama berpotensi<br />
mengarah pada sikap toleran dan persatuan, tetapi juga dapat melahirkan<br />
intoleransi yang mengancam terjadinya disintegrasi. Hal ini tergantung<br />
pada pemahaman keagamaan guru, sikap dan metode yang digunakan<br />
guru dalam menanamkan nilai nilai keagamaan.<br />
Keyakinan dan pemahaman keagamaan yang ditanamkan oleh guru kepada<br />
anak didiknya akan diekskpresikan di tengah kehidupan bermasyarakat.<br />
Sebagaimana dikatakan oleh Jenny Teichman 6 bahwa semua tindakan dan<br />
cara orang bertindak dipengaruhi oleh keyakinan keyakinan mengenai<br />
apa yang baik dan yang buruk. Demikian juga Gage, sebagaimana dikutip<br />
Muhaimin menjelaskan bahwa perilaku guru merupakan “sumber<br />
pengaruh” sedangkan tingkah laku pembelajar dipandang sebagai efek<br />
dari berbagai proses, tingkah laku dan kegiatan interaktif pembelajaran. 7<br />
Ini berarti pola keberagamaan guru yang diekspresikannya dalam proses<br />
interaksi pembelajaran bersama peserta didiknya akan berimplikasi pada<br />
watak keberagamaan yang dimiliki pada anak didiknya: apakah ramah<br />
atau kasar, apakah eksklusif ataukah inklusif. Pada level selanjutnya<br />
akan terlihat, apakah proses pembelajarannya mampu mengtisipasi<br />
radikalisme, atau justru sebaliknya; guru agama sendiri secara tidak sadar<br />
telah ikut menjadi bagian yang justru mendorong tumbuhnya benih<br />
radikalisme. Data hasil survei yang dilakukan oleh Pusat Pengkajian Islam<br />
dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,<br />
Jakarta tahun 2008 silam mengkonfirmasikan fe<strong>no</strong>mena tersebut. 8<br />
Wajar kiranya jika ada penilaian bahwa menguatnya paham radikalisme<br />
di kalangan remaja di sekolah merupakan indikasi kegagalan pendidikan<br />
agama. Hal ini didukung hasil survey yang menyuguhkan informasi yang<br />
cukup mengundang kontroversi. Sebuah survei tentang radikalisme<br />
6 Jenny Teichman, Etika Sosial, terj. A. Sudiarja, Sj (Yogyakarta: Kanisius,2003) cet ke 7, h.3.<br />
7 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004) h. 94<br />
8 Sebuah survei yang dirilis di Jakarta, hari Selasa 25/11/2008 yang menyimpulkan: kebanyakan<br />
guru agama Islam di sekolah umum dan swasta di pulau Jawa menentang pluralisme, dan<br />
memelihara keberadaan radikalisme dan konservatisme (http://www.thejakartapost.com)