vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Muhd. Abdullah Darraz<br />
Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Cianjur). Program ini ditujukan<br />
untuk meredam arus radikalisme di kalangan pelajar SMU Negeri<br />
dengan melakukan penguatan pendidikan karakter kebangsaan melalui<br />
peran para guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan<br />
Kewarganegaraan (PKn).<br />
Dan terakhir, program yang dilakukan di kalangan generasi muda melalui<br />
pembuatan media film “Mata Tertutup”. Film ini telah disosialisasikan,<br />
ditonton, dan didiskusikan di 10 kota (Jakarta, Depok, Bogor, Bandung,<br />
Garut, Cirebon, Surakarta, Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya) dengan<br />
melibatkan para pelajar dan mahasiswa. Kegiatan ini dilakukan sejak<br />
2011 dan berakhir hingga pertengahan tahun <strong>2013</strong> ini.<br />
Dalam tulisan ini, penulis akan mencoba memfokuskan ulasan terhadap<br />
pengalaman menginisiasi program advokasi penguatan pendidikan<br />
karakter kebangsaan yang telah dilakukan selama periode 2011-2012.<br />
Kegiatan ini secara umum ditujukan untuk mengisi kekosongan peran<br />
pendidikan agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)<br />
dalam memperkuat pendidikan kewargaan di kalangan pelajar. Yakni<br />
bagaimana membentuk sikap dan karakter siswa menjadi seorang warga<br />
Negara yang baik, di tengah realitas kebhinnekaan yang ada pada bangsa<br />
ini. Lebih jauh upaya tersebut ditujukan untuk mengisi kekosongan<br />
peran Negara dalam melindungi warganya dari bahaya radikalisme di<br />
dunia pendidikan.<br />
Latar pemikiran utama diadakannya program ini adalah terkait pentingnya<br />
peran guru/pendidik dalam membentuk karakter peserta didik/pelajar.<br />
Di atas sudah dinyatakan, dalam kenyataannya, terkadang sebagian di<br />
antara para pendidik ini, bukan menjadi bagian dari solusi atas berbagai<br />
masalah pendidikan di Indonesia, akan tetapi justru sebaliknya malah<br />
menjadi bagian dari berbagai masalah yang terjadi. Salah satu masalah<br />
utama yang terjadi pada kondisi para guru di Indonesia dewasa ini adalah<br />
mengenai kualitas guru itu sendiri, dan khusus dalam isu merebaknya<br />
radikalisme ini, faktanya MAARIF Institute menemukan bahwa di<br />
kalangan guru masih terdapat jurang kapasitas dan pemahaman terkait<br />
isu-isu HAM, toleransi, pluralisme, dan kebhinnekaan.<br />
Dalam sebuah diskusi publik yang bertajuk “Nasionalisme dan Masa<br />
Depan Pendidikan Kita” yang diadakan MAARIF Institute, di Gedung<br />
PP Muhammadiyah, Jakarta, Selasa malam 23 Oktober 2012, Anies<br />
MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong><br />
163