vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Paradoks Kebangsaan Siswa Kita<br />
pukulan dari para pelaku kekerasan sesungguhnya menguatkan asumsi<br />
tentang kebutuhan akan muatan keragaman budaya dan etnik ke dalam<br />
kurikulum pendidikan kita.<br />
Hampir seluruh budaya di belahan bumi manapun mengonfirmasi tiga<br />
hal yang membuat manusia berbahagia (happiness). Pertama, seorang<br />
manusia pasti akan mengalami kematangan karakter (maturity of character)<br />
ketika mereka merasa telah menjadi manusia yang baik. Kedua, semua<br />
budaya di dunia mencintai hubungan yang baik (loving relationships)<br />
terutama dalam perkawinan dan keluarga. Ketiga, semua orang pasti<br />
berpikir bahwa hidupnya harus bermanfaat bagi orang lain, meskipun<br />
faktanya setiap orang berbeda.Karena itu merayakan perbedaan secara<br />
positif adalah syarat bagi setiap orang untuk menyumbangkan sesuatu<br />
kepada masyarakat sekitarnya (Tony Devine:Cultivating Heart and<br />
Character, 2008).<br />
Pentingnya Mengajarkan Toleransi<br />
Selain memberikan pemahaman yang konkrit tentang fakta keragaman,<br />
sekolah atau pendidikan kita juga penting untuk mengajarkan toleransi.<br />
Mengapa toleransi? Ketika manusia seringkali menghadapi rangkaian<br />
konflik yang selalu bereskalasi, manusia selalu memiliki cara dan perisai<br />
diri yang dapat menjaganya dari kemungkinan menjadi korban sebuah<br />
pertikaian. Karena pertikaian merupakan sifat alamiah manusia juga,<br />
maka salah satu cara yang mungkin efektif adalah memgembalikan<br />
kesadaran tentang betapa beragamnya kita. Keragaman dan kebebasan<br />
manusialah yang menyebabkan munculnya kesalahpahaman, dan karena<br />
itulah kita membutuhkan toleransi.<br />
Dengan dasar pertimbangan keragaman dan kebebasan yang tergambar<br />
dalam bentuk budaya dan tradisi, maka makna toleransi juga harus<br />
dikembalikan kepada fungsi budaya dan tradisi di mana kita hidup. Salah<br />
satu definisi toleransi yang mungkin relevan untuk dijadikan rujukan<br />
bagi penanaman nilai-nilai toleransi diberikan oleh Bertelsmann Group<br />
for Policy Research (Ed,), yaitu: “Tolerance as cardinal virtue or mental attitude,<br />
but also as the scope for various types of behaviour, orientational value or cultural<br />
work”. (Tolerance: Basic for Democratic Interaction, Bertelsmann, 2000).<br />
Ini artinya tak mungkin ada toleransi jika virtue or mental attitude tidak<br />
diperkenalkan secara baik melalui pendidikan.<br />
76<br />
MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong>