20.11.2014 Views

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Anak Muda, Radikalisme, dan Budaya Populer<br />

mengalami proses bertukar dan saling memerkaya stok pengetahuan dan<br />

ragam perspektif. Jika melalui diskusi tidak menghadirkan kesepakatan<br />

tentang persoalan dan langkah apa untuk mencegah penetrasi<br />

fundamentalisme dan radikalisme di kalangan anak muda, setidaknya<br />

menghasilkan ruang pertemuan dan perjamuan ide yang mensyaratkan<br />

kesetaraan. Melalui itu, siapapun, telah menikmati demokrasi, merasai<br />

perbedaan dan belajar untuk menghargainya.<br />

Kesimpulan<br />

Sebagaimana dijelaskan di pembahasan sebelumnya, mendefinisikan<br />

mengenai siapa anak/kalangan muda adalah suatu hal yang problematis<br />

dan politis, tergantung dari kontekstualisasi masa dan politiknya serta<br />

siapa yang mendefinisikan. Di tengah tak mudahnya memantapkan<br />

pendefinisian mengenai anak muda, proses pencarian jati diri terkait<br />

dengan identitasnya yang sedang tumbuh dapat menjadi persoalan.<br />

Upaya teror dan bom bunuh diri yang dilakukan oleh anak muda lulusan<br />

SMU menunjukkan bahwa ada persoalan mengenai identitas kediriannya<br />

sebagai bagian dari warga negara dan juga bagian dari masyarakat Muslim<br />

Indonesia. Merebaknya gejala Islamisasi ruang publik yang ditandai oleh<br />

tiga hal (gerakan, radikalisasi, dan budaya populer) setidaknya menjawab<br />

mengapa sikap benih-benih radikalisme dapat tumbuh di kalangan anak<br />

muda. Upaya meluruhkan sikap tersebut, salah satunya, sebagaimana<br />

kami tawarkan di sini, adalah dengan melakukan perlawanan melalui<br />

film sebagai bagian dari produk budaya populer.<br />

Di sini, pengalaman MAARIF Institute yang memproduksi film Mata<br />

Tertutup sebagai upaya kampanye melawan radikalisasi di kalangan anak<br />

muda menjadi hal yang perlu diperhatikan. Berdasarkan riset mengenai<br />

pemetaan radikalisme di kalangan anak muda, MAARIF mencoba<br />

melakukan perlawanan (counter) sebagai upaya meluruhkan dan<br />

mematahkan virus radikalisme tersebut. Memang, dampaknya belum<br />

bisa dirasakan. Namun, dari hasil interaksi mereka saat pemutaran film<br />

tersebut terlihat adanya negosiasi gagasan dan dialog terkait dengan<br />

orang yang me<strong>no</strong>nton, mengalami peristiwa tersebut, dan ataupun yang<br />

membayangkan akan mengalami hal tersebut. Yang tak kalah menarik,<br />

juga adanya perlawanan kecil-kecilan terhadap film tersebut yang<br />

dianggap menguatkan stereotif terhadap Islam sebagai agama teror. Bagi<br />

kami, eksperimentasi gagasan melalui film sebagai alat dan ruang dialog<br />

150 MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!