20.11.2014 Views

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Arif Koes Hernawan dan Khelmy K. Pribadi<br />

Di masa-masa awal ia merasa KBQT berbeda dibanding sekolahnya<br />

selama ini. “Kok gak kayak sekolah formal,” katanya. Namun karena<br />

lebih bebas dan diberi keleluasaan mengembangkan minatnya yakni<br />

menulis, ia memutuskan untuk terus di KBQT dan tak pernah berangkat<br />

ke sekolah madrasah itu. Begitu pula dengan rekan-rekannya kala itu.<br />

Fina mengaku awal tertarik dengan KBQT karena adanya komputer<br />

dan internet. Maklum saja, saat itu internet jarang di Salatiga. Warnet<br />

paling dekat ada di dekat Kampus Universitas Kristen Satya Wacana yang<br />

berjarak sekitar tujuh kilometer dari Kalibening.<br />

Dara berjilbab ini mengenang Pak Din sebagai pribadi yang ‘nyantai’ dan<br />

menyenangkan. Yang lebih penting, baginya Pak Din punya kepedulian<br />

sosial yang tinggi. Ini karena Pak Din telah membentuk berbagai<br />

lembaga untuk kepentingan masyarakat. “Cara berpikirnya orientasinya<br />

ke masyarakat. Kayaknya seluruh hidupnya dicurahkan ke masyarakat,”<br />

tuturnya sambil tersenyum manis. Di KBQT, Pak Din selalu menekankan<br />

kemerdekaan berpikir dan berkarya pada anak-anak QT. “Mau berpikir<br />

dan mengeluarkan apa yang dipikirkan,” kata Fina. Ia menilai pak Din<br />

berpegang pada prinsip untuk meniadakan intervensi orang dewasa<br />

dalam pendidikan anak-anak.<br />

Fina mencontohkan tiga tahun pertama KBQT yang menginduk pada<br />

SMP 10. Ia dan kawan-kawan KBQT sempat me<strong>no</strong>lak dan berontak<br />

karena KBQT menginduk bukan pada sekolah favorit di Salatiga. Fina<br />

bahkan sempat nangis. Namun Pak Din tidak menjawab kekecewaan<br />

siswa. “Tapi kami diminta menulis, mencurahkan semua,” ujarnya.<br />

Beberapa tahun kemudian, Pak Din baru menjelaskan latar belakang<br />

kondisi saat itu. Selain memerlukan waktu agar anak-anak paham,<br />

menjawab emosi anak saat itu juga dirasa tidak tepat. “Kami dibiarkan<br />

agar tahu sendiri,” katanya.<br />

Fina melihat Pak Din layaknya ‘orang biasa’. Di luar mendampingi<br />

anak KBQT, Fina tahu Pak Din kerap mengerjakan sendiri penerbitan<br />

‘Pustaka Q-Tha’. Pak Din juga mengerjakan pekerjaan rumah tangga<br />

seperti mencuci dan menyapu halaman rumah. “Kalau mau ada tamu,<br />

KBQT ga da yang bersihin, Pak Din yang bersihin sendiri,” ujarnya.<br />

Biasanya Pak Din memberi pengarahan pada siswa KBQT pada Tawasi<br />

(tawasau bil haqqi), semacam kegiatan berbagi dan diskusi ba’da shalat<br />

Dzuhur. Pak Din juga sempat melatih anak KBQT taekwondo namun<br />

MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong><br />

229

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!