vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Wahyudi Akmaliah Muhammad & Khelmy K. Pribadi<br />
Diskusi: Menegoisasikan Gagasan<br />
Dalam proses diseminasi isu kampanye anti-radikalisme melalui film Mata<br />
Tertutup, beragam hal menarik terjadi di dalamnya. Proses dialektika<br />
hingga negoisasi pengetahuan terjadi. Pilihan untuk memutar film Mata<br />
Tertutup secara tersasar pada pelajar, mahasiswa dan tak jarang juga hadir<br />
pendidik serta masyarakat luas yang tentu memiliki ragam cadangan<br />
pengetahuan sebelumnya, telah memberikan corak tersendiri dari proses<br />
tersebut. Dalam artikel ini akan coba diketengahkan beberapa temuan<br />
menarik, terutama terhadap pe<strong>no</strong>nton dari kalangan pelajar. Pencapaian<br />
penting dalam proses <strong>no</strong>goisasi pengetahuan itu dapat terlihat dalam sesi<br />
diskusi pasca pemutaran film Mata Tertutup.<br />
Salah satu pencapaian penting itu adalah, ruang dialog yang dibangun<br />
oleh MAARIF Institute melalui pendekatan media populer telah<br />
mampu mendorong hadirnya ruang berbagi untuk para penyintas. Di<br />
setiap pemutaran, tanpa direncanakan terlebih dahulu, seringkali hadir<br />
di tengah pe<strong>no</strong>nton yakni para korban NII atau eks-kelompok radikal.<br />
Dan dengan tanpa beban, mereka menggunakan ruang dialog itu untuk<br />
berbagi pengalaman nyata atas apa yang telah mereka alami, bahkan<br />
dalam beberapa kali kejadian yang menimpanya, belumlah lama. Pola ini<br />
terjadi hampir di semua lokasi pemutaran.<br />
Temuan ini setidaknya menunjukkan dua hal penting yang perlu dicatat,<br />
Pertama bahwa testimoni yang dilakukan oleh eks-NII ini menunjukkan<br />
keberhasilan film Mata Tertutup untuk mendorong keterbukaan para<br />
korban. Sebagaimana kita ketahui, korban NII seringkali menutup diri<br />
dari cerita hidupnya, karena menilai hal itu sebagai aib individu/keluarga.<br />
Melalui testimoni korban telah menjadikan ruang diskusi kelompok<br />
seusia (peer group discussion) diantara para pe<strong>no</strong>nton. Ini mendukung<br />
tugas MAARIF Institute sebagai fasilitator dan penghantar intervensi<br />
gagasan anti-radikalisme.<br />
Kedua, dari temuan ini juga menunjukkan bahwa fakta radikalisme<br />
di Indonesia memiliki intensi yang merata, meskipun data ini tidak<br />
menunjukkan <strong>vol</strong>ume dan frekuensi kejadiannya. Akan tetapi fe<strong>no</strong>mena<br />
hadirnya testimoni dari pe<strong>no</strong>nton yang sekaligus adalah penyintas adalah<br />
bukti telah menyebarnya penetrasi gerakan kelompok radikal, setidaknya<br />
di 10 kota dimana kampanye ini dilakukan.<br />
MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong><br />
147