20.11.2014 Views

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Yang Muda, Yang Radikal<br />

manusia atau kelompok untuk mempertanyakan dan mengubah<br />

struktur sosial atau sistem politik yang dianggap tak adil dan menindas<br />

kebebasan. Radikalisme, dengan demikian, diasumsikan muncul karena<br />

menguatnya ketidakadilan dan ketidakbebasan yang diselenggarakan<br />

kelompok dominan dalam politik dan eko<strong>no</strong>mi. Dengan demikian<br />

konsep ini memperlihatkan keagenan politik manusia untuk perbaikan<br />

dan perubahan. Seseorang atau kelompok disebut radikal tidak saja<br />

karena sadar akan dominasi tetapi juga secara aktif mengusahakan<br />

perubahan ideologis dan dunia sosial (ibid.: 107).<br />

Masih mengikuti perspektif ini, radikalisme pada gilirannya bisa<br />

mewujud ke dalam dua varian atau trajektori yakni: radikalisme demokratisinklusif<br />

dan radikalisme intoleran-ekslusif (ibid.: 108). Hal tersebut<br />

disebabkan oleh perbedaan penggunaan jenis penalaran dalam menata<br />

ko-eksistensi mereka dalam kehidupan kolektif; radikalisme demokratisinklusif<br />

menggunakan logic of inclusion, sedang radikalisme intoleranekslufif<br />

menggunakan logic of exclusion. Radikalisme demokratis-inklusif<br />

menggunakan logika inklusi dan partisipatoris melalui aksi kolektif<br />

untuk membuat perubahan atau bernegosiasi secara politik dengan<br />

kekuatan-kekuatan dominan dalam masyarakat dan negara. Sementara<br />

radikalisme intoleran-ekslusif menggunakan logika penarikan diri dari<br />

ko-eksistensi pada saat menghadapi dislokasi atau krisis.<br />

Namun demikian, pilihan pemisahan ini tidak semata-mata didorong<br />

oleh ideologi yang ekslusif, melainkan lantaran hasil relatif dari prosesproses<br />

negosiasi yang tidak memungkinkan identitas dan kepentingan<br />

mereka terakomodasi dalam <strong>no</strong>rma umum masyarakat atau konstitusi<br />

dalam kehidupan bernegara. Semakin kecil kemungkinan proses<br />

negosiasi menghasilkan akomodasi identitas dan kepentingan mereka<br />

dalam <strong>no</strong>rma umum atau konstitusi maka semakin besar kemungkinan<br />

terjadinya penggunaan kekerasan sebagai artikulasi dan sarana mencapai<br />

tujuan moral dan politik mereka.<br />

Nah, di sini saya melihat ada sekurangnya dua varian dari radikalisme<br />

intoleran-inklusif dalam menggunakan kekerasan: vigilantisme adalah<br />

penggunaan kekerasan terbatas secara ad hoc dan selektif di ruang<br />

publik untuk mencapai tujuan atau menegakkan tata moral dan politik<br />

tertentu; dan terorisme adalah penggunaan kekerasan secara sistematis<br />

dan <strong>no</strong>n-selektif terhadap individu atau kelompok <strong>no</strong>n-kombatan<br />

26<br />

MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!