vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Membangun Keberagamaan Inklusif-Dialogis di<br />
SMA PIRI I Yogyakarta<br />
13 Ali Maksum . Pluralisme dan Multikulturalisme, Paradigma Baru Pendidikan Islam di Indonesia,<br />
Yogyakarta: Aditya Media 2011 cet pertama, hal. 229<br />
15 TH. Sumartana, “Menuju Dialog Antar Iman” (pengantar) dalam Dialog: Kritik & Identitas<br />
Agama . Yogyakarta: Dian Interfidei, 2004 hlm. xxiii<br />
116 MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong><br />
di sekolah-sekolah harus memuat kurikulum berbasis keanekaragaman<br />
(multikultural) agar tidak menciptakan suatu pemahaman yang<br />
mo<strong>no</strong>litik dan tertutup. Pendidikan agama berwawasan multikultural<br />
menurut Dawam Raharjo dapat dipahami dengan satu kata kunci yaitu<br />
ta’arruf (saling memahami) 12 . Dengan memahami keanekaragaman ras,<br />
etnis budaya dan agama diharapkan stigma yang mungkin melekat pada<br />
mereka dapat dieliminir. Fakta sosial menunjukkan, bahwa beberapa<br />
kasus konflik yang terjadi disebabkan karena stigma, salah paham dan<br />
sikap tertutup.<br />
Pendidikan agama yang berwawasan multikultural berorientasi pada<br />
realitas persoalan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia dan umat<br />
manusia secara keseluruhan. Yakni, pendidikan untuk merespon<br />
dinamika masyarakat Islam khususnya dalam interaksi sosial dan antar<br />
agama. 13 Oleh karena itu kurikulum yang ada harus dapat menunjang<br />
proses siswa menjadi manusia yang demokratis, pluralis dan menekankan<br />
penghayatan hidup serta refleksi untuk menjadi manusia yang utuh.<br />
Materi yang memuat tema seperti: toleransi, bahaya diskriminasi,<br />
kemanusiaan, keadilan dan materi lain yang relevan perlu diajarkan.<br />
Pendekatan teologi agama melalui dialog masing masing agama<br />
dilakukan untuk mencoba memahami bagaimana Tuhan memiliki<br />
jalan penyelamatan. Dialog ini akan memperkaya pemahaman diantara<br />
pemeluk agama yang ada. 14 Dialog dalam konteks ini lebih jauh lagi<br />
dapat diperluas menjadi percakapan antara dua pihak atau lebih yang<br />
mengandung unsur keterbukaan, sikap kritis dan upaya untuk saling<br />
mendengar, saling belajar dan memahami orang lain secara lebih<br />
mendalam 15 . Dialog tidak terbatas pada percakapan atau komunikasi<br />
verbal, tetapi sampai kepada aksi konkrit yang mengarah pada perubahan,<br />
dari yang tidak baik, tidak benar menjadi baik dan benar; dari yang luluhlantak<br />
menjadi hidup kembali<br />
12. Dawam Raharjo dalam: Budhy MunawarRachman. Reorientasi Pembaharuan Islam, Sekularisme.<br />
Liberalisme dan Pluralisme Paradigma Baru Islam Indonesia. Jakarta: Lembaga Studi Agama dan<br />
Filsafat (LSAF) 2010, h. liv<br />
14 Ngainun Na’im & Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural, Konsep dan Aplikasi, Yogyakarta:<br />
Ar-Ruzz Media, 2010 h.159