vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Ahmad Baedowi<br />
menghindari isu ras, bahasa dan budaya, karena isu-su tersebut selalu<br />
berkaitan dengan persoalan pemerataan (equity) pendidikan masih tetap<br />
tinggi, akses (access) dan kualitas (quality) pendidikan juga masih rendah.<br />
Untuk itulah sekolah dengan budaya sekolah yang baik pasti akan<br />
berusaha mengatasi ketimpangan-ketimpangan ini dengan membuat<br />
sebanyak mungkin selebrasi tentang fakta keragaman budaya dan etnik<br />
dalam desain dan pengembangan kurikulum.<br />
Selain kebutuhan instinktif dari guru, siswa dan masyarakat dalam<br />
memandang perbedaan, kebutuhan muatan budaya dan etnisitas<br />
dalam kurikulum juga akan meminimalisir pemahaman siswa terhadap<br />
mo<strong>no</strong>poli kebenaran dalam beragama. Geneva Gay dalam Culturally<br />
Responsive Teaching (2000) memberikan sedikitnya lima argumen<br />
mengapa muatan budaya dan etnik itu sangat strategis dan penting untuk<br />
ditumbuhkan dalam kurikulum pendidikan. Pertama, muatan budaya<br />
dan etnik dalam kurikulum pendidikan sangat krusial sekaligus esensial<br />
bagi perbaikan aspek pedagogis guru dalam mengajar.<br />
Kedua, karena kebanyakan sumber belajar di ruang kelas adalah textbook,<br />
maka memasukkan agenda budaya dan etnik ke dalam textbook merupakan<br />
keniscayaan karena hal itu akan mengubah gaya mengajar guru. Ketiga,<br />
berdasarkan riset secara simultan di beberapa sekolah, muatan budaya<br />
dan etnik dalam kurikulum pendidikan memiliki arti yang banyak bagi<br />
para siswa sekaligus meningkatkan apresiasi siswa dalam belajar. Keempat,<br />
relevansi muatan budaya dan etnik dalam kurikulum juga menyumbang<br />
kelestarian sejarah, budaya, tradisi sebuah etnis tertentu sehingga pada<br />
akhirnya dapat meningkatkan apresiasi kebangsaan yang tinggi, baik di<br />
kalangan siswa maupun guru. Sedangkan yang kelima, biasanya muatan<br />
budaya dan etnik diambil dari berbagai sumber yang sangat kaya, bukan<br />
hanya dari buku tetapi juga dari pengalaman orang per-orang, baik<br />
melalui wawancara maupun yang didokumentasikan dalam bentuk<br />
tayangan dan sebagainya.<br />
Mencintai keragaman dapat berarti banyak hal bagi bangsa Indonesia.<br />
Apalagi di tengah mencuat dan menguatnya ancaman kekerasan di<br />
tengah masyarakat yang jelas sangat tidak mendukung terhadap fakta<br />
keragaman. Jelas sekali bahwa kebutuhan memasukkan muatan budaya<br />
dan etnik ke dalam kurikulum pendidikan akan menjadi tonggak penting<br />
dalam mereduksi faham-faham keagamaan yang salah. Kritik sekaligus<br />
MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong><br />
75