20.11.2014 Views

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Perspektif Sosiologi Tentang Radikalisasi Agama Kaum Muda<br />

Pendahuluan<br />

Indonesia, negeri yang multi-agama sekaligus multi-kultur telah<br />

diproklamirkan menjadi Negara bukan agama, sekaligus bukan Negara<br />

tanpa agama (alias sebagai Negara sekuler). Inilah negeri di mana agamaagama<br />

diakui dan sekaligus dapat turut serta mempengaruhi kebijakan<br />

politiknya. Antara agama dan negara dapat dikatakan sebagai entitas<br />

yang tidak dapat dipisahkan. Dalam hal ini Islam khususnya, sebagai<br />

agama yang dianut mayoritas penduduk Indonesia (mencapai 88,7%)<br />

sebuah jumlah yang sangat besar dari keseluruhan penduduk Indonesia<br />

yang mencapai 240 juta (Badan Pusat Statistik 2010).<br />

Letak pentingnya secara sosiologis adalah jika penduduk mayoritas<br />

menjalankan aktivitasnya yang mendukung keberadaan Negara yang<br />

tidak berdasarkan agama tetapi nilai-nilai agama dapat mempengaruhi<br />

kebijakan Negara, maka gambar dari keseluruhan penduduk negeri akan<br />

positif. Tetapi sebaliknya, jika penduduk mayoritas dalam aktivitasnya<br />

menentang atau sekurang-kurangnya resistensinya kuat atas Negara<br />

yang tidak berdasarkan agama maka gambar keseluruhan negeri ini<br />

adalah negatif. Kasus paling jelas adalah ketika di negeri ini dalam lima<br />

tahun terakhir sering terjadi peristiwa pemboman dan berbagai macam<br />

aksi terorisme yang dilakukan oleh sekelompok umat Islam, maka<br />

gambar Indonesia yang berpenduduk mayoritas Islam adalah Indonesia<br />

merupakan sarang teroris bahkan yang paling sadis adalah adanya tuduhan<br />

bahwa Islam merupakan agama teroris dan kekerasan. Tuduhan semacam<br />

ini sekurang-kurangnya datang dari Perdana Menteri Senior Singapura<br />

Lee Kuan Yew, Presiden Filipina Macapagal Arroyo dan Perdana Menteri<br />

Australia James Frederick Howard sehingga mengeluarkan kebijakan<br />

travel warning go to Indonesia. Sungguh menyakitkan tetapi itulah dampak<br />

dari adanya aksi-aksi yang dilakukan oleh sekelompok kecil umat Islam<br />

akhirnya menimpa seluruh warga Negara Indonesia.<br />

Bahkan dalam dua tahun terakhir, beberapa lembaga penelitian di<br />

Indonesia, selalu menempatkan antara aksi-aksi kekerasan yang berupa<br />

radikalisasi dengan dukungan agama dan institusi keagamaan selalu<br />

berhubungan dengan terorisme. Setara Institute misalnya, dengan<br />

tegas menyatakan bahwa belakangan kaum santri yang mengalami<br />

radikalisasi dalam perjalanannya berubah menjadi teroris. Beberapa<br />

pesantren disinyalir turut menyumbangkan aksi radikalisasi yang terjadi<br />

di Indonesia. Radikalisasi itu kemudian secara berangsur-angsur menjadi<br />

46<br />

MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!