20.11.2014 Views

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Pengantar Redaksi<br />

memperkuat 24 karakter positif dasar manusia. Hal ini penting karena<br />

kita sangat perlu mendidik generasi muda yang unggul dan berkarakter<br />

serta jauh dari sifat-sifat negatif, intoleransi, diskriminasi, prasangka, dan<br />

radikalisme.<br />

Yang menarik, jurnal edisi kali memuat tulisan Ret<strong>no</strong> Listyarti dan<br />

Anis Farikhatin yang merupakan guru dan praktisi, yang mendedah<br />

pengalaman mereka mendampingi anak didiknya agar tidak larut dalam<br />

gerakan radikalisme kaum muda. Dalam tulisannya, Ret<strong>no</strong> Listyarti<br />

menceritakan pengalamannya tentang bagaimana ia mengunakan<br />

permainan garis untuk mengenalkan pendidikan multikultural dan anti<br />

kekerasan. Ret<strong>no</strong> banyak mendiskusikan berbagai persoalan yang terkait<br />

dengan radikalisme keagamaan dan mendorong murid-muridnya untuk<br />

aktif memberikan pendapat atau menyanggah pendapat kawannya.<br />

Menurut Ret<strong>no</strong>, guru sangat penting memiliki pemahaman, sikap, dan<br />

perilaku yang multikultural karena hal itu akan sangat berpengaruh juga<br />

terhadap sikap dan pemahaman murid-muridnya. Senada dengan Ret<strong>no</strong>,<br />

Anis Farikhatin dalam tulisannya juga merefleksikan pengalamannya<br />

mendampingi anak didiknya di SMA PIRI I Yogyakarta untuk<br />

mewujudkan keberagamaan yang inklusif-dialogis dan berwawasan<br />

multikultural. Upaya itu dilakukan dengan membawa anak didiknya<br />

mengunjungi berbagai tempat dan lembaga yang beragam, yang kemudian<br />

dilanjutkan dengan dialog diantara mereka. Terbukti, dari kunjungan<br />

itu sedikit banyak juga memengaruhi terhadap perubahan pola berpikir,<br />

perilaku, dan minat belajar siswa terhadap kelompok lain yang beragam.<br />

Selanjutnya, pada berbagai diskusi soal radikalisme kaum muda dan<br />

media, setidaknya secara umum ada dua yang keduanya bisa bersifat<br />

kausal: Pertama penggunaan media populer dalam insfrastruktur<br />

radikalisasi anak muda dan Kedua penggunaan media populer sebagai<br />

media konter-radikalisasi anak muda. Dalam artikel yang berjudul “Anak<br />

Muda, Radikalisme dan Budaya Populer” di jurnal edisi ini, Wahyudi<br />

Akmaliah Muhammad dan Khelmy K. Pribadi mencoba memotret pada<br />

aspek yang kedua. Bagaimana media populer sebagai bagian dari budaya<br />

populer digunakan untuk melakukan konter-radikalisme terutama<br />

di kalangan anak muda. Artikel ini mengetengahkan gagasan tentang<br />

pentingnya kontekstualisasi gerakan konter-radikalisme, terutama untuk<br />

target anak muda. Kontekstualisasi ini berhubungan dengan moda<br />

komunikasi advokasi. Kedekatan anak muda pada budaya populer<br />

10<br />

MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!