20.11.2014 Views

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Dari Semangat Islam Menuju Sikap Radikal<br />

dengan keluarga sendiri, ketika bimbang dan bingung saat penanaman<br />

ideologi berlangsung. Begitu resmi masuk NII melalui hijrah, para anggota<br />

dikucilkan dari dunia luar. 24 Mereka juga disibukkan dengan penanaman<br />

ideologis yang intens melalui pengajian yang harus dihadiri sekurangnya<br />

tiga kali pada malam hari dalam seminggu yang dikoordinasi seorang<br />

“lurah”. Siangnya mereka disibukkan dengan kawajiban merekrut<br />

anggota baru dan mengumpulkan sejumlah dana untuk alasan infak<br />

setiap bulannya. Pengikatan lainnya juga melalui desakan supaya tinggal<br />

bersama (kontrak) dengan para anggota NII yang lain, sehingga aktivitas<br />

kesehariannya bisa selalu diawasi. 25<br />

Keterlibatan beberapa mahasiswi dalam jamaah salafy JAT di UIN<br />

Jakarta lebih kasuistik. Terdapat seorang aktor yang memainkan<br />

peranan penting berpindahnya para aktivis ini dari HTI ke JAT. Aktor<br />

tersebut sebelum masuk HTI pernah bersentuhan dengan gerakan salafy<br />

jenis lain melalui Rohis waktu di SMU, sehingga memahami dasardasar<br />

keislaman, terutama soal ketauhidan yang menjadi tema penting<br />

dalam dakwah pengajaran salafy. Para ustadz pembimbing Rohis adalah<br />

pengikut salafy. Aktor ini, setelah aktif di HTI dan merasa tidak puas<br />

dengan materi ta’lim yang selalu berkutat pada kewajiban mendirikan<br />

kekhilafahan islamiah, lalu bermigrasi ke ta’lim (pengajaran) salafy sambil<br />

mengajak rekan-rekannya untuk bergabung dalam jamaah salafy, setelah<br />

sebelumnya meyakinkan materi keislaman dalam ta’lim salafy lebih<br />

komprehensif dibandingkan Hizbut Tahrir. Termasuk dalam soal ajaran<br />

jihad yang lebih nyata, dengan kewajiban I’dad (latihan fisik sebagai<br />

persiapan jihad), dibandingkan HTI yang hanya berwacana. 26<br />

Faktor hubungan keluarga dan pertemanan sering pula disebut sebagai<br />

jembatan penting bagi keterlibatan seseorang dalam jaringan gerakan<br />

keagamaan radikal. Keterlibatan tiga orang mahasiswa dan alumni UIN<br />

24 Oleh M. Haffez, penelitian gerakan Islam di Aljazair, pola ini dikenal sebagai “spiral pengucilan<br />

diri” (spiral of encapsulation), sebagai perisai pertahanan diri dari pihak luar serta perpecahan<br />

kelompok internal, yang secara bertahap kemudian menarik semakin jauh para anggotanya<br />

dari kelompok masyarakat luas, mengisolasi anggota hingga mereka kehilangan kontak<br />

dengan kenyataan, dan membuat mereka mulai memandang tujuan dan strategi gerakan<br />

dalam kerangka yang lebih emosional. Lihat dalam, Quintan Wiktorowicz (ed.), Aktivisme<br />

Islam; Pendekatan Teori Gerakan Sosial, Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta<br />

bekerjasama dengan Yayasan Wakaf Paramadina, 2007, hal. 65-87.<br />

25 Wawancara dengan mahasiswi bernama Hindun (nama samaran) 4 Oktober 2010.<br />

26 Wawancara dengan Faizah (nama samaran) dan Salamah (nama samaran) dua mahasiswi UIN Jakarta aktifis<br />

pengajian JAT, 23 September 2011.<br />

212 MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!