vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Membangun Keberagamaan Inklusif-Dialogis di<br />
SMA PIRI I Yogyakarta<br />
120 MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong><br />
”jalan yang lurus” maka seseorang sulit untuk memperoleh kekhusyukan<br />
dan pencerahan spiritual.<br />
Sehubungan dengan itu, langkah strategis yang saya lakukan adalah:<br />
Pertama, dari sisi orientasi. Menggeser titik tumpu dari belajar tentang<br />
agama (religion) yang cenderung material formal ke substansi nilai<br />
(religiousity), dari teks ke konteks, dari kognitif ke afektif, dari teoritik<br />
indoktrinatif ke praktis dialogis. Proses pembelajaran tidak sekadar<br />
berhenti pada pemahaman, tetapi dilanjutkan dengan menuliskan<br />
refleksi dengan menjawab pertanyaan: Mengapa saya harus beragama,<br />
mengapa harus Islam? Apa makna beragama bagi saya, bagi keluarga<br />
bangsa dan negara?<br />
Kedua, dari sisi metodologis, menggunakan pendekatan pembelajaran<br />
orang dewasa (andragogis) dengan cara: (1) pengembangan sikap pro<br />
aktif, partisipasi siswa baik secara fisik, sosial emosional serta spiritualreligius<br />
melalui silaturahim (mengunjungi), dialog, dan memberi<br />
kontribusi/terlibat di tengah masyarakat agar mampu memahami dan<br />
menghargai kenyataan bahwa milik mereka yang paling berharga adalah<br />
rasa kemanusiaannya. (2) Menjadikan pengalaman hidup dan realitas<br />
kemajemukan Yogyakarta sebagai media pembelajaran yang diproses<br />
dengan kerangka ELC (Eksperience Learning Cyclus yang kritis-dialogisreflektif)<br />
sehingga mereka menemukan sendiri rasa aman, nyaman<br />
dan saling mengerti. Hal ini dilakukan dengan menampikan berbagai<br />
pengalaman hidup yang heroik, menakutkan, membanggakan, dan<br />
menyedihkan. Pengalaman tersebut bisa berasal dari siswa maupun dari<br />
berita di media. (3) Menempatkan guru sebagai fasilitator belajar.<br />
Ketiga, dari sisi materi. Selain materi yang sudah ditetapkan dalam<br />
kurikulum melalui SKL (Standar Kelulusan)-SK (Standar Kompetensi)<br />
-KD (Kompetensi Dasar) yang ada, ditambah dengan materi yang<br />
aktual terjadi dalam kehidupn peserta didik seperti krisis lingkungan,<br />
ketidakadilan, narkoba, HIV/AID, aborsi, free sex, terorisme, dan<br />
sebagainya.<br />
Keempat, bersinergi dengan lembaga lain (seperti BKKBN, PKBI,<br />
Pengadilan Agama, BNN, Interfidei, KUA, Lembaga Pemasyarakatan,<br />
lembaga Adat, Lembaga Agama dll. Juga berkolaborasi dengan guru lain<br />
(bidang studi <strong>no</strong>n-agama) untuk bekerjasama sehingga nilai-nilai yang<br />
dikembangkan dapat dilaksanakan.