20.11.2014 Views

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Pipit Aidul Fitriyana<br />

peluang bagi kemunculan syariat Islam sebagai jawaban atas semua<br />

patologi sosial global tersebut. Semakin kuat hegemoni dan daya represif<br />

dunia Barat terhadap kaum muslim akan pararel dengan semakin<br />

kencangnya tuntutan untuk mengimplementasikan syariat Islam. Hal<br />

inilah yang dialami dan terjadi pada masyarakat Muslim di Indonesia.<br />

Apa yang dialami dan terjadi pada masyarakat Muslim di Indonesia<br />

tersebut oleh Haedar dikomparasikan dengan gerakan Ikhwanul<br />

Muslimin di Mesir, Jamaat-i-Islami di Pakistan, dan Taliban di Afghanistan<br />

dalam pembahasan akhir di bab 1. Perbandingan ini menunjukan bahwa<br />

gerakan Islam syariat sebagai bentuk reproduksi dari gerakan salafiyah<br />

yang bercorak ideologis memiliki irisan yang kuat dengan gerakan<br />

Ikhwanul Muslimin di Mesir, Jamaat-i-Islami di Pakistan, dan Taliban<br />

di Afghanistan, yang memiliki kecenderungan pada tradisionalisme dan<br />

konservatisme yang sangat me<strong>no</strong>njol.<br />

Seperti diketahui bersama, gerakan Islam syariat muncul ke permukaan<br />

pada awal era reformasi. Tujuan utama gerakan ini ialah menegakan<br />

syariat Islam dengan cara memperjuangkan, bahkan ingin memasukan<br />

Piagam Jakarta dengan tujuh kata keramatnya, yakni “dengan kewajiban<br />

menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, kedalam<br />

Pembukaan UUD 1945 dan Batang Tubuh UUD 1945 Pasal 29 Ayat 1.<br />

Inti perjuangan dan representasi utama gerakannya ialah merealisasikan<br />

hukum pidana Islam menjadi hukum positif di Indonesia dengan<br />

menggantikan hukum positif “warisan Belanda” yang telah ada dan<br />

diberlakukan sebelumnya.<br />

Berbagai upaya telah dilakukan oleh gerakan Islam syariat untuk<br />

merealisasikan tegaknya syariat Islam di Indonesia meskipun selalu<br />

berujung pada kegagalan. Haedar mencatat bahwa kelompok Islam<br />

yang paling vokal, gigih, konsisten, dan terbuka dalam memerjuangkan<br />

penegakan syariat Islam pasca kegagalan di parlemen tahun 2000 ialah<br />

Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Majlis Mujahidin Indonesia (MMI), dan<br />

Komite Persiapan Penerapan Syariat Islam (KPPSI) Sulawesi Selatan.<br />

Ketiga kelompok tersebut mempunyai variasi yang sedikit berbeda dalam<br />

aktualisasi gerakannya. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) lebih kuat pada<br />

orientasi politik dengan cita-cita membentuk kekhalifahan Islam atau<br />

negara Khilafah, yang tidak lain sebagai bentuk negara Islam klasik.<br />

Majlis Mujahidin Indonesia (MMI) lebih menekankan pada penegakan<br />

MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong><br />

239

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!