20.11.2014 Views

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Zuly Qodir<br />

atau sekelompok masyarakat atas fe<strong>no</strong>mena perubahan dan kehendak<br />

menghadirkan perubahan biasanya disematkan dalam perspektif gerakan<br />

sosial, termasuk didalamnya gerakan sosial keagamaan. Mengenai<br />

gerakan sosial keagamaan terdapat banyak literatur yang menjelaskan<br />

bahwa gerakan keagamaan seringkali dihadirkan dalam kaitannya untuk<br />

merespon masalah-masalah yang datang dihadapan mereka yang dianggap<br />

tidak sesuai dengan kehendaknya. Gerakan keagamaan terorganisir<br />

dengan sistemik dalam hal kelompok massa (jamaah) maupun aktivitas<br />

yang dilakukan sebagai bentuk perlawanan atas sistem yang sedang<br />

berlangsung (Ryn William Swidller, Sosial Movement and Sosial Institution,<br />

Sage publication, 2004. Periksa juga Michele Dillon, (ed), Handbook of<br />

The Sociology of Religion, Cambridge University Press, 2003).<br />

Terkait secara khusus gerakan keagamaan, dapat diperhatikan fe<strong>no</strong>mena<br />

munculnya kelompok kecil yang dapat dikatakan tidak puas terhadap<br />

sistem nilai yang dibangun, sebagaimana dikatakan Dawam Rahardjo,<br />

bahwa gerakan keagamaan beraktivitas hendak mengganti sistem nilai<br />

yang sedang berlangsung. Selain konsep yang dikemukakan sebelumnya,<br />

new religious movement atau gerakan keagamaan baru sebagai bagian yang<br />

tidak terlepas dari gerakan sosial diambil sebagai konsep analisis utama.<br />

Gerakan keagamaan baru merupakan suatu gagasan yang berusaha<br />

menerjemah kan ide-ide keagamaan menjadi kekuatan transformatif<br />

untuk menumbuhkan struktur dan tatanan sosial yang baru dan lebih<br />

baik; partisipatif, terbuka dan emansipatoris (Rahardjo, 1999: 12). Dalam<br />

pengertian ini, ia merupakan suatu cita-cita yang sangat menjunjung<br />

tinggi harkat dan harga diri kemanusiaan. Gerakan keagamaan dalam<br />

bingkai paradigma transformatif ini memang jalan yang paling manusiawi<br />

untuk mengubah sejarah umat kehidupan manusia. Sebab, dalam proses<br />

ini yang berlaku adalah pendamping dan bukan pengarahan, apalagi<br />

pemaksaan. Sejalan dengan definisi konsep ini, agama diharapkan berani<br />

tampil dalam setiap keadaan, bukan saja untuk menunjukkan hal-hal<br />

yang positif, tetapi juga hal-hal yang negatif.<br />

Perjuangan nilai-nilai keagamaan dalam gerakan keagamaan merupakan<br />

doktrin yang diyakini berasal dari Tuhan. Ia merupakan stok moral dan<br />

daya imperatif yang bersifat transenden. Secara sosiologis, nilai-nilai<br />

kegamaan tersebut seringkali berfungsi sebagai cara hidup (way of life),<br />

pandangan dunia (world view), dan bahkan paradigma (paradigm), yang<br />

selalu memberikan orientasi atau kerangka acuan <strong>no</strong>rmatif mengenai<br />

MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong><br />

51

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!