20.11.2014 Views

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Anis Farikhatin<br />

Beberapa kegiatan silaturrahim dan dialog yang pernah dilakukan dari<br />

tahun 2010-<strong>2013</strong> sebagai berikut: Pertama, belajar empati dan toleransi<br />

di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Moyudan Yogyakarta. Kegiatan<br />

ini berbentuk kunjungan ke Ponpes Waria Alfatah Moyudan, diikuti<br />

30 siswa SMA PIRI I dan 19 santri dipimpin oleh Ibu Mayuni dan<br />

sekretarisnya Ibu Shinta. Pesertanya berasal dari berbagai penjuru kota<br />

di Indonesia. Pondok pesantren berkegiatan pada hari Senin dan Kamis<br />

dibimbing oleh ustad Isnaeni. Menurut Bu Yani: “berdirinya pondok<br />

pesantren ini berangkat dari kebutuhan dan rasa rindu akan bimbingan<br />

Tuhan menuju keselamatan dunia akhirat. Kami ini sudah banyak dosa,<br />

saya mohon ampun agar hidup saya diberkahi”<br />

Pada saat kunjungan, Linda salah satu waria bercerita: “bersyukurlah yang<br />

terlahir “jelas” seperti kalian ini. Tidak seperti saya yang sejak lahir fisik dan<br />

perasaan kami beda. Ketika kami berani menunjukkan jati diri, kami ditolak<br />

oleh keluarga, dilecehkan oleh sekolah dan tidak diterima di masyarakat. Apa<br />

salah saya? Saya tidak bisa milih mas. Jika saja saya terlahir kembali, saya<br />

akan pilih seperti mas dan mbak yang jelas begini” lanjutnya. “makanya kami<br />

ini kurang berpendidikan dan cuma bisa jadi banci kaleng (ngamen) atau banci<br />

salon, atau banci.....” mereka semua tertawa.<br />

Santi, salah satu anggota pesantren waria juga menuturkan: “Kami<br />

ini ya punya hati lho mas. Demi Tuhan perasaan kami wanita kayak mbak<br />

mbak-e, sehingga kami ya tertariknya sama laki laki. Padahal kami punya”P”.<br />

Lha rak repot to mas? Tapi kami kok disuruh mertobat, dan disuruh menikahi<br />

perempuan, ya gak bisa wong kami ini perempuan?” Percakapan semakin<br />

seru dan menarik sampai akhirnya ustad Isnaini bercerita tentang tata<br />

cara ibadah mereka: “kalo mau pake mukena ya silakan, tapi kalo ada yang<br />

pake hem-celana panjang ya monggo.” Acara diakhiri dengan salat maghrib<br />

berjamaah.<br />

Kedua, belajar menghargai kesempatan dan kemerdekaan hidup bersama<br />

penghuni Lembaga Pemasyarakatan (LP) Perempuan Wirogunan<br />

Yogyakarta. Kegiatan dikemas dalam acara silaturrahim dan dialog<br />

berbagi pengalaman hidup antara NAPI perempuan Lapas Wirogunan<br />

dengan siswa SMA PIRI I (30 orang) yang berkunjung ke Lapas jam 16.00<br />

sampai berbuka puasa bersama. Dalam suasana penuh haru yang diselingi<br />

uraian air mata, satu persatu para napi mengungkapkan pengalamannya:<br />

Rina (nama samaran) “saya merasa di”uwong” ke dengan kunjungan<br />

MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong><br />

121

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!