vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Pemetaan Problem Radikalisme di SMU<br />
Negeri di 4 Daerah<br />
Memang belum terlambat benar mengantisipasi meluasnya ideologi<br />
dan simpatisan gerakan ini. Namun sebagai gambaran awal patut<br />
dikemukakan bahwa agenda-agenda kelompok ini telah didiseminasi<br />
dan diinternalisasikan melalui berbagai model dan cara yang disesuaikan<br />
dengan konteks sosial, eko<strong>no</strong>mi, dan politik di Indonesia yang dinamis.<br />
Mereka masuk melalui beberapa organisasi kemasyarakatan baik yang<br />
bersifat trans-nasional, maupun nasional. Sebuah riset yang dilakukan<br />
oleh Farha Ciciek (2008: 3) menunjukkan bahwa gerakan ini telah<br />
mewabah di sekolah-sekolah baik yang bercorak keagamaan, lebih-lebih<br />
yang bercorak umum.<br />
Yang lebih mengagetkan, dalam penelitian itu juga disebutkan adanya<br />
bukti-bukti bahwa pihak sekolah, terutama sekolah umum, justru<br />
mendorong dan memfasilitasi tumbuhnya gerakan ideologi ini. Praktekpraktek<br />
penetrasi ideologi Islam di lingkungan sekolah dilakukan<br />
melalui berbagai aktivitas baik dalam proses belajar-mengajar (melalui<br />
indoktrinasi paham-paham radikal seperti yang terjadi di sebuah sekolah<br />
di Solo) maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler (seperti terjadi di<br />
Cianjur dengan melakukan pelatihan semi-militer “Jundullah”, dengan<br />
menjurus pada praktek kekerasan atas nama agama). Dengan kondisi<br />
seperti itu, munculnya kesimpulan bahwa kegiatan keagamaan di sekolah<br />
telah menjadi sarana regenerasi ideologi Islam garis keras, bahkan teroris,<br />
harusnya tidak mengagetkan.<br />
Baik hasil penelitian Ciciek maupun LaKIP sama-sama menunjukkan<br />
kuatnya indikasi keterlibatan Rohis (Kerohanian Islam) sebagai lembaga<br />
di bawah OSIS yang membidangi kegiatan keislaman di sekolah. Dan<br />
sudah umum diketahui bahwa Rohis merupakan (atau dijadikan) ajang<br />
penggemblengan dan rekrutmen kader bagi Partai Keadikan Sejahtera<br />
(PKS). Sebagaimana LDK (Lembaga Dakwah Kampus) di perguruanperguruan<br />
tinggi yang juga merupakan “perpanjangan tangan” PKS<br />
untuk membina kader-kader dakwah yang sejalan dengan ideologi<br />
keislaman ala PKS.<br />
Dengan sedikit perbedaan pada angle riset, apa yang dilakukan oleh PPIM<br />
(2008: 2-3) juga memperlihatkan kesimpulan yang senada, di mana<br />
sekitar 73% dari 500 guru agama dan 208 siswa yang disurvei di Jawa<br />
menunjukkan sikap intoleran dan anti-keragaman. Begitu juga riset kami<br />
sebelumnya (MAARIF Institute, 2009: 57), yang memberi bukti bahwa<br />
178 MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong>