vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
vol viii no 1 juli 2013
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
M. Zaki Mubarak<br />
Densus 88 telah menembak mati 28 terduga teroris. Sebanyak 11 orang<br />
mati sebagai pelaku bom bunuh diri. Belum lagi jumlah korban yang<br />
ditimbulkan, ratusan orang meninggal dari berbagai aksi bom bunuh<br />
diri sejak tahun 2000 hingga 2009. Seringnya terjadi aksi-aksi terorisme<br />
di tanah air menjadikan Indonesia pasca Reformasi banyak dianggap<br />
sebagai pusat jaringan terorisme paling berbahaya di kawasan Asia<br />
Tenggara.<br />
Gelombang terorisme yang terjadi di tanah air tentunya merupakan<br />
fe<strong>no</strong>mena yang banyak dimensi, tidak saja didasari oleh faktor keagamaan<br />
tetapi juga banyak faktor lainnya. Namun sulit untuk dibantah bahwa<br />
meningkatnya serangkaian aksi terorisme atas nama agama ini merupakan<br />
salah satu simpton dari berkembangnya arus pemahaman keberagamaan<br />
radikal dalam masyarakat. 6 Pada sisi institusi, dapat disaksikan<br />
maraknya berdiri organisasi-organisasi Islam radikal di tanah air selama<br />
sepuluh tahun terakhir. Pada tataran pemikiran, semakin berkembang<br />
tuntutan bagi formalisasi syariat Islam, bahkan hingga aspirasi ke arah<br />
pembentukan negara Islam. 7 Tindakan-tindakan radikalisme keagamaan,<br />
beberapa mengarah kepada aksi terorisme juga semakin masif, terutama<br />
bersamaan dengan semakin memanasnya konflik bernuansa keagamaan<br />
di Maluku dan Poso beberapa tahun lalu.<br />
Terdapat indikasi dalam beberapa tahun terakhir pemahaman keagamaan<br />
ekstrem di tanah air semakin mendapatkan pengaruh di kalangan<br />
kelompok muda. Kelompok usia ini, sebagaimana fe<strong>no</strong>mena yang ada di<br />
negara-negara Muslim lain, seperti Mesir, rentan untuk terlibat dalam pola<br />
pemikiran dan gerakan keagamaan yang ekstrem. Saad Eddin Ibrahim,<br />
sosiolog dan pengamat gerakan keagamaan, mencatat bahwa anggota<br />
6 Radikalisme dapat dipahami sebagai cara berpikir dan bertindak secara ekstrem. Lihat, Leon<br />
P. Baradath, Political Ideologies: Their Origins and Impact, London: Macmillan, 1994, h. 16.<br />
Seseorang yang didefinisikan sebagai ‘radikal’ bersikap me<strong>no</strong>lak secara total apa yang telah<br />
ada, dan ingin menggantikan dengan sesuatu yang baru. Dalam konteks keberagamaan radikal<br />
di Indonesia, menurut penulis, harus dipilah dalam dua aspek, yakni pemikiran yang radikal<br />
dan tindakan yang radikal. Pemikiran yang radikal ditandai misalnya dengan gagasan perlunya<br />
Negara Islam atau Kekhalifahan Islam, gagasan tentang sistem atau ideologi apapun selain<br />
berdasarkan Islam adalah kufur, ide menjadikan Qur’an sebagai konstitusi atau undang-undang,<br />
dan sebagainya. Meski pemikiran keagamaannya radikal bisa saja tindakan keagamaannya<br />
tidak radikal, dalam hal ini berdakwah secara persuasive. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) masuk<br />
dalam kategori ini. Sedangkan radikal sebagai sebuah tindakan mengarah kepada perilaku atau<br />
tindakan dengan motif keagamaan yang cenderung bersifat kekerasan atau melanggar hokum,<br />
meski ideology keagamaannya konservatif. Front Pembela Islam (FPI) ada dalam kategoti ini.<br />
Organisasi seperti Jamaah Islamiah (JI) atau Al-Qaeda masuk dalam kategori radikal dalam hal<br />
pemikiran dan tindakan.<br />
7 Lihat, M. Zaki Mubarak, Genealogi Islam Radikal di Indonesia: Ideologi, Pemikiran dan Prospek Demokrasi,<br />
Jakarta: LP3ES, 2008, hal. 172-186.<br />
MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong><br />
195