20.11.2014 Views

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

vol viii no 1 juli 2013

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

M. Zaki Mubarak<br />

Mengapa Bergabung dalam Gerakan Islam Radikal?<br />

Dari Penelitian FISIP dan penelusuran penulis dapat diketahui adanya<br />

beberapa jalur bagaimana akhirnya mahasiswa masuk organisasi radikal.<br />

Beberapa anggota Hizbut Tahrir menyatakan mereka bersentuhan<br />

dengan gerakan ini semenjak SMU melalui jalur Kerohanian Islam<br />

(Rohis) melalui pemateri yang anggota HTI. Aktivitas ini terus berlanjut<br />

hingga yang bersangkutan kuliah di UIN Jakarta. Ada juga yang masuk<br />

lewat dosen yang merupakan anggota atau simpatisan HTI. Beberapa<br />

lewat kegiatan “diskusi ilmiah” yang ternyata didesain sebagai ajang<br />

mencari anggota baru. 22<br />

Pola di atas berbeda dengan umumnya mahasiswa yang terlibat dalam<br />

kelompok Negara Islam Indonesia (NII). Dari serangkaian wawancara<br />

penulis, sebagian kecil saja responden yang terlibat NII karena faktor<br />

“genealogi ideologis” (mengikuti orang tua, kakek, atau saudara dekatnya<br />

yang sudah aktif dalam organisasi tersebut), tetapi sebagian besar mereka<br />

terlibat NII tidak secara sengaja. Umumnya mereka terlibat NII setelah<br />

melalui proses berliku menyerupai “penjebakan”. Sebab, perekrut yang<br />

lebih aktif mendekati calon korban dengan teknik kepura-puraan. Dalam<br />

istilah Lofland, para perekrut menerapkan strategi penjemputan (picking<br />

up) yang dikemas dalam kedok mengajak bertemu dengan teman di mall,<br />

mengenalkan saudaranya, mengajak ke diskusi ilmiah, mencari kost,<br />

hingga mengajak pacaran. 23<br />

Beda dengan HTI yang membuka ruang bagi anggotanya untuk terlibat<br />

dalam pergaulan sosial dan kegiatan-kegiatan keagamaan lain, NII<br />

memproteksi para anggota dan bahkan calon anggota dengan membatasi<br />

secara ketat interaksi sosial dengan orang luar. Perekrut (umumnya<br />

merupakan teman dekat tetapi belum membuka identitasnya sebagai<br />

anggota NII) akan menyibukkan calon korban dengan berbagai aktivitas<br />

yang hanya melibatkan mereka berdua atau kelompok kecil (yang ternyata<br />

diketahui kemudian juga sebagai anggota NII), sehingga calon korban<br />

tidak mendapat cukup ruang untuk sharing dengan orang luar, termasuk<br />

22 Wawancara dengan Luluk (nama samaran), 4 Januari 2010, dan wawancara dengan Maria (nama samaran), 15<br />

September 2011.<br />

23 Dalam studinya perkembangan beberapa sekte keagamaan di Amerika Serikat tahun 1980-an, Lofland<br />

menemukan sekurangnya ada lima tahapan dalam merekrut anggota, yaitu; penjemputan<br />

(picking up), menggait (hooking), penjelasan awal (encapsulating), menyayangi (loving), serta<br />

mengamalkan ajaran (committing). John Lofland. Protes; Studi tentang Perilaku Kolektif dan<br />

Gerakan Sosial, Yogyakarta: INSIST Pres, 2003, hal. 138-139<br />

MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli <strong>2013</strong><br />

211

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!